Friday, September 27, 2013

ptk STAD teorema pythagoras

 BAB I
PENDAHULUAN
A.      LATAR BELAKANG
Setiap kegiatan belajar mengajar selalu melibatkan dua pelaku aktif yaitu guru dan siswa. Guru sebagai pengajar merupakan pencipta kondisi belajar siswa yang didesain secara terencana, sistematis dan berkesinambungan. Siswa sebagai subyek pembelajaran merupakan pihak yang menikmati kondisi belajar yang diciptakan oleh guru.
Segala potensi yang dimiliki siswa, baik secara individual maupun kelompok, perbedaan latar belakang sosio kultural, cara belajar siswa dan pengetahuan awal yang dimiliki merupakan informasi yang dapat memberikan  umpan balik bagi guru. Jadi pengalaman siswa mengenai materi pelajaran yang telah diberikan bisa dijadikan apresiasi bagi guru untuk menghubungkan materi berikutnya. Selain itu pengalaman belajar siswa dapat dijadikan alat memotivasi, sehingga dapat  memperhatikan materi berikutnya.
Pembelajaran Matematika yang dilakukan di SMP Negeri 1 Tarub Kabupaten Tegal lebih bersifat konvensional. Artinya guru mendominasi pembelajaran dengan cara menjelaskan materi di depan kelas, dan siswa mendengarkan. Setelah itu siswa diminta untuk mengerjakan soal-soal latihan. Hal ini menjadikan siswa menjadi pasif dan jenuh. Tidak dapat dipungkiri bahwa proses belajar mengajar tersebut dapat menimbulkan kejenuhan bagi guru dan siswa.
Untuk mengatasi kejenuhan itu perlu diciptakan situasi dan kondisi belajar  mengajar yang bervariasi. Beberapa model pembelajaran yang sudah dikenal antara lain Jigsaw, STAD atau Team Game Tournament (TGT). Apabila guru mampu menghadirkan  proses belajar mengajar yang bervariasi kemungkinan besar kejenuhan dapat dihindari sehingga tujuan pembelajaran dapat dicapai maksimal.
  Siswa SMP Negeri 1 Tarub sering mengalami  kesulitan dalam memahami konsep Teorema Pythagoras. Materi Teorema Pythagoras merupakan dasar untuk penghitungan luas, keliling maupun unsur-unsur bangun geometri baik geometri datar maupun geometri ruang. Teorema Pythagoras yang hanya berlaku pada segitiga siku-siku sering pula digunakan dalam kehidupan sehari-hari, sehingga sering disebut materi esensial. 
Prasyarat mempelajari Teorema Pythagoras adalah  penguasaan materi kuadrat, akar kuadrat, persegi dan segitiga. Materi-materi tersebut telah didapatkan  oleh siswa pada saat  kelas VII maupun saat  masih bersekolah di SD. Prasyarat berikutnya adalah kompetensi keterampilan menghitung  dan ketelitian siswa.
Siswa akan lebih memahami konsep Teorema Pythagoras apabila  strategi pembelajaran  melibatkan seluruh siswa dan menuntut siswa untuk selalu aktif. Salah satu model yang sering digunakan adalah model pembelajaran STAD (Student Teams-Achievement Divisions). STAD juga dapat memotivasi dan menghilangkan kejenuhan siswa pada saat proses belajar mengajar.
Model pembelajaran STAD dilakukan dengan membagi siswa dalam beberapa kelompok yang beranggotakan 4 orang dengan kemampuan heterogen. Tiap kelompok diberi soal yang harus dikerjakan semua anggota. Anggota kelompok yang tahu mengajari/menjelaskan pada anggotanya yang lain. Guru secara acak menunjuk siswa untuk mengerjakan di depan kelas dan menjelaskannya tanpa dibantu yang lain.
Dengan metode STAD ini siswa dituntut untuk dapat mengerjakan soal dengan teliti dan jujur. Rasa tanggungjawab juga akan tertanam, karena siswa harus dapat menyelesaikan tugas yang diberikan guru. Siswa akan disiplin, selalu siap bila sewaktu-waktu ditunjuk oleh guru untuk menyelesaikan soal di depan kelas.
 Penelitian tindakan  kelas yang dilakukan untuk melatih keterampilan menghitung  menggunakan konsep Teorema Pythagoras pada siswa kelas VIII A SMP Negeri 1 Tarub menggunakan model pembelajaran STAD (Student Teams-Achievement Divisions). Pelatihan keterampilan menghitung tersebut  dimaksudkan untuk mendapatkan umpan balik secara lebih sempurna demi tercapainya tujuan pembelajaran yang maksimal.
B.       PERMASALAHAN
Seorang guru dituntut untuk mau dan mampu memahami kondisi siswa serta menciptakan suasana yang nyaman dan kondusif bagi siswa dalam menerima pelajaran. Namun dalam kenyataannya masih banyak guru yang hanya sekedar memenuhi kewajiban untuk mengajarkan materi yanng harus disampaikan tanpa melibatkan siswa.
Model pembelajaran yang dilakukan masih bersifat konvensional yaitu menempatkan siswa sebagai obyek pembelajaran dan guru sebagai subyeknya. Ini membawa konsekuensi terhadap kurang bermaknanya kedudukan siswa dalam proses pembelajaran, sedangkan guru menjadi faktor yang sangat dominan dalam proses belajar mengajar. Wajar bila siswa mengalami kejenuhan dan proses belajar mengajar jadi terhambat.
Dari hal tersebut dapat disimpulkan bahwa guru harus memiliki tehnik, strategi atau  model pembelajaran yang melibatkan seluruh siswa dan sesuai dengan materi yang akan dipelajari dan kondisi kelas maupun siswa. Pemilihan dan pengembangan tehnik ini diharapkan dapat mengoptimalkan kemampuan siswa sehingga prestasi belajar dapat tercapai maksimal. Model pembelajaran STAD yang melibatkan seluruh siswa sebagai subyek dan guru sebagai pendamping atau fasilitator diharapkan mampu untuk menanamkan konsep Teorema Pythagoras secara efektif pada siswa.
Permasalahan yang hendak dibahas adalah :
1.    Bagaimana proses pembelajaran dengan model STAD untuk melatih keterampilan menghitung dengan menggunakan konsep Teorema Pythagoras pada siswa kelas VIIIA SMP Negeri 1 Tarub Tahun Pelajaran 2012/2013?
2.    Apakah pembelajaran model STAD untuk konsep Teorema Pythagoras  dapat meningkatkan ketelitian penghitungan   siswa kelas VIIIA SMP Negeri 1 Tarub Tahun Pelajaran 2012/2013?
3.    Apakah pembelajaran dengan model STAD pada pembelajaran Teorema Pythagoras dapat menanamkan karakter Teliti, Disiplin, Jujur dan Tanggung jawab pada siswa kelas VIII A SMP Negeri 1 Tarub Tahun Pelajaran 2012/2013?
4.    Apakah pembelajaran dengan model STAD pada pembelajaran Teorema Pythagoras dapat menumbuhkan rasa percaya diri pada siswa kelas VIII A SMP Negeri 1 Tarub?
C.      Tujuan Penelitian
Sesuai dengan latar belakang dan permasalahan di atas, penelitian ini bertujuan untuk :
1.         Mendeskripsikan pelaksanaan model STAD untuk melatih keterampilan menghitung siswa pada konsep Teorema Pythagoras.
2.         Mengetahui tingkat keefektifan  model STAD untuk meningkatkan ketelitian penghitungan siswa pada Teorema Pythagoras.
3.         Mengetahui tingkat keefektifan model STAD untuk menumbuhkan karakter teliti, disiplin, jujur dan tanggung jawab pada siswa.
4.         Mengetahui keefektifan model STAD dalam menumbuhkan rasa percaya diri pada siswa.
D.      Manfaat penelitian
Apabila hipotesis dalam penelitian ini benar, penelitian diharapkan bermanfaat bagi dunia pendidikan, khususnya pada pembelajaran Teorema Pythagoras. Adapun manfaat itu adalah:
1. Bagi siswa, dapat meningkatkan kemampuan penerapan Teorema Pythagoras pada bangun geometri maupun dalam kehidupan sehari-hari.
2. Bagi guru, dapat meningkatkan kemampuan guru dalam memilih tehnik pembelajaran, menyusun rancangan pembelajaran, melaksanakan proses belajar mengajar yang lebih inovatif, efektif dan menyenangkan, dan mengevaluasi proses pembelajaran agar memperoleh hasil maksimal sesuai yang diharapkan.
3. Bagi sekolah, penelitian ini dapat menjadi masukan untuk memfasilitasi sarana dan prasarana yang dibutuhkan dalam proses pembelajaran.
4. Bagi praktisi pendidikan, penelitian ini dapat menjadi rujukan penelitian lain dan dapat dijadikan bahan kajian untuk kemajuan pendidikan.












BAB II
LANDASAN TEORI
A.      Teori-teori Belajar
Banyak definisi para ahli tentang belajar, diantaranya adalah Skinner yang mengartikan belajar adalah suatu proses adaptasi atau penyesuaian tingkah laku yang berlangsung secara progresif. Hilgard & Bower dalam buku Theories of Learning mengemukakan bahwa belajar berhubungan dengan perubahan tingkah laku seseorang terhadap situasi tertentu yang disebabkan oleh pengalamannya yang berulang-ulang dalam situasi itu. Perubahan  tingkah laku itu tidak dapat dijelaskan atau dasar kecenderungan respon bawaan, kematangan atau keadaan-keadaan sesaat seseorang (misalnya kelelahan, pengaruh obat, dsb)
Belajar menurut M. Sobri Sutikno dalam bukunya Menuju Pendidikan Bermutu mengartikan sebagai suatu proses usaha yang dilakukan oleh seseorang untuk memperoleh suatu perubahan yang baru sebagai hasil pengalamannya sendiri dalam interaksi dengan lingkungannya. Perubahan yang dimaksud disini adalah perubahan yang terjadi secara sadar (disengaja) dan tertuju untuk memperoleh sesuatu yang lebih baik dari sebelumnya.
CT Morgan dalam buku Introduction to Psychology merumuskan belajar sebagai suatu perubahan yang relatif dalam menetapkan tingkahlaku sebagai akibat atau hasil dari pengalaman yang lalu.
Thursan Hakim dalam buku Belajar Secara Efektif mengartikan belajar adalah suatu proses perubahan didalam kepribadian manusia. Perubahan tersebut ditampakkan dalam bentuk peningkatan kecakapan, pengetahuan, sikap, kebiasaan, pemahaman, keterampilan, daya pikir dan semua kemampuannya.
Pupuh Fathurohman dalam bukunya Strategi Belajar Mengajar menyimpulkan bahwa belajar pada hakikatnya adalah perubahan yang terjadi didalam diri seseorang setelah melakukan aktifitas tertentu. Walaupun pada kenyataannya tidak semua perubahan termasuk kategori belajar. Dalam belajar yang terpenting adalah proses bukan hasil yang diperolehnya.
Pupuh Fathurohman membedakan belajar menjadi 2 yaitu belajar konsep dan belajar proses. Belajar konsep lebih menekankan hasil belajar berupa pemahaman faktual dan prinsipil terhadap bahan atau isi pelajaran yang bersifat kognitif. Sedangkan belajar proses atau keterampilan proses lebih ditekankan pada masalah bagaimana bahan pelajaran dipelajari dan diorganisir secara tepat.
Belajar keterampilan proses dan belajar konsep merupakan pembelajaran yang  terpisah. Keduanya merupakan garis kontinum, yang satu menekankan perolehan atau hasil, pemahaman faktual dan prinsipil. Sedangkan belajar keterampilan proses tidak mungkin terjadi bila tidak ada materi atau bahan pelajaran yang dipelajari. Sebaliknya, belajar konsep tidak mungkin tanpa keterampilan proses pada siswa.
Proses belajar siswa tidak dapat dipisahkan dengan cara mengajar guru. Keberhasilan pencapaian tujuan pendidikan bergantung pada proses belajar mengajar yang dirancang dan dijalankan dengan baik.
Menurut  Nana Sudjana, mengajar pada hakikatnya adalah suatu proses yaitu proses mengatur, mengorganisasi lingkungan yang ada disekitar siswa, sehingga dapat menumbuhkan dan mendorong siswa melakukan proses belajar. Pada tahap berikutnya adalah proses memberikan bimbingan dan bantuan kepada siswa dalam melakukan proses belajar.
Pupuh Fathurrohman menyebutkan bahwa perubahan perilaku pada siswa dalam konteks pengajaran merupakan produk dan usaha guru melalui kegiatan belajar mengajar. Guru melakukan aktifitas untuk membimbing siswa memperoleh perubahan dan pengembangan skill (keterampilan), attitude (sikap), appreciation (penghargaan) dan knowledge (pengetahuan).
Slameto mengungkapkan terdapat beberapa prinsip mengajar yang perlu diperhatikan, yakni perhatian, aktivitas (kegiatan guru melahirkan aktivitas belajar siswa), apersepsi (menghubungkan pengetahuan siswa), peragaan, repetisi (pengulangan materi), korelasi (mengkaitkan isi pelajaran), konsentrasi (fokus materi), sosialisasi (watak berteman), individualisai (penerimaan diri siswa) dan evaluasi untuk umpan balik.
Batasan belajar mengajar menurut Mansyur mempunyai empat dasar strategi, yaitu :
1.    Mengidentifikasi serta menetapkan tingkahlaku dan kepribadian siswa sebagaimana yang diharapkan sesuai tuntutan dan perubahan zaman.
2.    Mempertimbangkan dan memilah sistem belajar mengajar yang tepat untuk mencapai sasaran yang akurat
3.    Memilih dan menetapkan prosedur, metode dan tehnik belajar mengajar yang dianggap paling tepat dan efektif sehingga dapat dijadikan pegangan guru dalam menunaikan kegiatan mengajar.
4.    Menetapkan norma-norma dan batas minimal keberhasilan atau kriteria standar keberhasilan sehingga dapat dijadikan pedoman oleh guru dalam melakukan evaluasi hasil kegiatan belajar mengajar. Selanjutnya dijadikan umpan balik untuk penyempurnaan sistem instruksional yang bersangkutan secara keseluruhan.
Proses belajar mengajar yang sedang dikembangkan adalah model Cooperatif Learning.  Siswa bersama-sama dalam suatu kelompok dengan jumlah anggota tertentu bekerjasama dalam menyelesaikan tugas yang diberikan guru. Beberapa model Cooperatif Learning yang sesuai dengan pembelajaran matematika diantaranya :
1.         Student Teams Achievement Divisions (STAD), dengan cara siswa dikelompokkan secara heterogen. Guru menyajikan pelajaran, kemudian memberi tugas kepada kelompok untuk dikerjakan. Guru memberi kuis/pertanyaan kepada siswa, dan siswa menjawab tanpa bantuan yang lain. Setelah  itu diadakan evaluasi untuk bersama-sama menarik kesimpulan.
2.         Jigsaw ( Model Tim Ahli ), dengan langkah pertama siswa dikelompokkan kedalam tim yang beranggotakan 4 orang. Kemudian tiap anggota tim diberi materi yang berbeda. Tiap anggota diberi materi yang ditugaskan. Anggota dari tim berbeda dengan materi sama dikelompokkan (kelompok ahli) untuk diskusi. Kelompok ahli kembali ke kelompok asal dan mengajari teman satu timnya. Tiap tim ahli mempresentasikan hasil diskusi. Guru dan siswa bersama-sama mengevaluasi materi yang telah dibahas.
3.         Team Game Tournament (TGT), yaitu siswa dikelompokkan secara heterogen sebelum guru menyajikan pelajaran. Guru memberi tugas kepada kelompok, kemudian setiap kelompok mewakilkan anggotanya untuk berkompetisi. Wakil kelompok kembali ke kelompok asal dan mendapat penghargaan dari kelompoknya.
Pengelolaan kelas dengan model Cooperatif Learning tersebut diharapkan dapat menciptakan karakter kelas yang memiliki 3 hal :
1.         Speed, artinya siswa dapat belajar dalam percepatan dan progress sehingga waktu yang digunakan relatif singkat.
2.         Simple, artinya organisasi kelas dan materi menjadi sederhana, mudah dicerna dan situasi kondusif.
3.         Self-confidence, artinya siswa dapat belajar dengan penuh rasa percaya diri atau menganggap dirinya mampu mengikuti pelajaran dan belajar berprestasi.
Penampilan-penampilan yang dapat diamati sebagai hasil belajar  oleh Gagne dikelompokkan menjadi :
1.    Keterampilan intelektual, yaitu kemampuan siswa dalam memecahkan masalah dengan menggunakan simbol-simbol atau gagasan-gagasan. Keterampilan  intelektual merupakan penampilan yang ditunjukkan oleh siswa tentang operasi intelektual yang dapat dilakukannya
2.    Penggunaan strategi kognitif, yaitu siswa menunjukkan penampilan yang kompleks dalam situasi baru.  Siswa diberikan sedikit bimbingan dalam memilih dan menerapkan aturan dan konsep yang telah dipelajari sebelumnya.
3.    Sikap yang dapat ditunjukkan oleh perilaku yang mencerminkan pilihan tindakan terhadap kegiatan-kegiatan siswa.
4.    Informasi verbal atau pengetahuan verbal yang diperoleh dari hasil belajar di sekolah dan dari proses interaksi dengan orang lain.
5.    Keterampilan  motorik yang mencakup kegiatan fisik dengan keterampilan intelektual, seperti membaca, menulis, menggunakan alat peraga, dsb.

B.       Kurikulum Matematika
Ebbutt dan Straker mendefinisikan matematika sebagai berikut :
a.       Matematika sebagai kegiatan penelusuran pola dan hubungan.
Implikasinya adalah guru perlu : (1) memberi kesempatan siswa melakukan kegiatan penemuan dan penyelidikan pola-pola untuk menentukan hubungan, (2) memberi kesempatan siswa melakukan percobaan dengan berbagai cara, (3) mendorong siswa menemukan adanya urutan, perbedaan, perbandingan, pengelompokan, dsb, (4) mendorong siswa menarik kesimpulan umum, (5) membantu siswa memahami dan menemukan hubungan antara pengertian satu dengan lainnya
b.      Matematika sebagai kreatifitas yang memerlukan imajinasi, intuisi dan penemuan.
Implikasinya adalah guru perlu : (1) mendorong inisiatif siswa dan memberikan kesempatan berpikir berbeda, (2) mendorong rasa ingin tahu, keinginan bertanya, kemampuan menyanggah dan memperkirakan, (3) menghargai penemuan yang diluar perkiraan sebagai hal bermanfaat daripada menganggapnya sebagai kesalahan, (4) mendorong siswa menemukan struktur dan disain matematika, (5) mendorong siswa menghargai penemuan siswa yang lainnya, (6) mendorong siswa berpikir refleksif, (7) tidak menyarankan hanya menggunakan satu metode saja
c.       Matematika sebagai kegiatan pemecahan masalah (problem solving).
Implikasinya adalah guru perlu: (1) menyediakan lingkungan belajar matematika yang merangsang timbulnya persoalan matematika, (2) membantu siswa memecahkan persoalan matematika menggunakan caranya sendiri, (3) membantu siswa mengetahui informasi yang diperlukan untuk memecahkan persoalan  matematika, (4) mendorong siswa untuk berpikir logis, konsisten, sistematis dan mengembangkan sistem dokumentasi/catatan, (5) mengembangkan kemampuan dan keterampilan untuk memecahkan persoalan, (6) membantu siswa mengetahui bagaimana dan kapan menggunakan alat peraga/media pendidikan seperti jangka, penggaris, kalkulator,dsb.
d.      Matematika sebagai alat berkomunikasi.
Implikasinya adalah guru perlu : (1) mendorong siswa mengenal sifat-sifat matematika, (2) mendorong siswa membuat contoh sifat matematika, (3) mendorong siswa menjelaskan sifat matematika, (4) mendorong siswa memberikan alasan perlunya kegiatan matematika, (5) mendorong siswa membicarakan persoalan matematika, (6) mendorong siswa membaca dan menulis matematika, (7) menghargai bahasa ibu siswa dalam membicarakan matematika.
Materi pembelajaran matematika menurut Ebbutt dan Straker meliputi:
1.    Fakta (facts) mencakup informasi, nama, istilah dan konvensi tentang lambang-lambang.
2.    Pengertian (concepts) mencakup struktur pengertian, peranan struktur pengertian, berbagai macam pola, urutan , model matematika, operasi dan algoritma.
3.    Keterampilan  penalaran mencakup memahami pengertian, berfikir logis, memahami contoh negatif, berpikir deduksi, berpikir induksi, berpikir sistematis dan konsisten, menarik kesimpulan, menentukan metode dan membuat alasan dan menentukan strategi
4.    Keterampilan algoritmik mencakup keterampilan untuk memahami dan mengikuti langkah yang dibuat orang lain, merancang dan membuat langkah, menggunakan  langkah, mendefinisikan dan menjelaskan langkah sehingga dapat dipahami orang lain, membandingkan dan memilih langkah yang efektif dan efisien serta memperbaiki langkah.
5.    Keterampilan menyelesaikan masalah matematika (problem solving) mencakup memahami pokok persoalan, mendiskusikan alternatif pemecahannya, memecah  persoalan  utama  menjadi  bagian-bagian  kecil, menyederhanakan persoalan, menggunakan pengalaman masa lampau dan menggunakan intuisi untuk menemukan alternatif pemecahannya, mencoba berbagai cara, bekerja secara sistematis, mencatat apa yang terjadi, mengecek hasilnya dengan mengulang kembali langkah-langkahnya dan mencoba memahami dan menyelesaikan persoalan lain.
6.    Keterampilan melakukan penyelidikan (investigation), mencakup mengajukan pertanyaan dan mencari bagaimana cara memperoleh jawabannya, membuat dan menguji hipotesis, mencari dan menentukan informasi yang cocok dan  memberi penjelasan mengapa suatu informasi diperlukan, mengumpulkan, mengelompokkan, menyusun, mengurutkan dan membandingkan serta mengolah informasi secara sistematis, mencoba metode alternatif, mengenali pola dan hubungan dan menyimpulkan.
 Materi  pembelajaran  menurut  KTSP  kelas VIII meliputi Faktorisasi Aljabar, Fungsi, Persamaan Garis Lurus, Persamaan Linear Dua Variabel (PLDV), Teorema Pythagoras, Lingkaran, Bangun Ruang Sisi Tegak. Materi Teorema Pythagoras dialokasikan untuk semester 1, sebelum membahas lingkaran dan bangun ruang di semester 2.
C.      Karakteristik Siswa SMP Negeri 1 Tarub
 Siswa SMP Negeri 1 Tarub memiliki bermacam-macam karakter, namun  pada umumnya siswa kurang tekun dalam belajar, masih tergantung pada siswa pandai, belum bertanggung jawab terhadap tugas yang diberikan, tidak percaya diri dan kurang teliti dalam mengerjakan soal-soal penghitungan.
Kesadaran siswa akan tanggung jawab dan kejujuran dalam mengerjakan tugas yang diberikan  sangat kurang, sehingga harus selalu dibimbing dan dibina oleh guru. Motivasi belajar juga dibutuhkan karena perhatian dan kepedulian dari orang tua pada pendidikan siswa masih rendah.
D.      Pendidikan Karakter
Model belajar STAD yang digunakan pada pembelajaran konsep Teorema Pythagoras dimaksudkan agar siswa mempunyai karakter teliti, disiplin, jujur, tanggung jawab dan percaya diri dalam mengerjakan tugas serta teliti dalam melakukan penghitungan. Karakter-karakter tersebut dapat diidentifikasikan sebagai berikut :
1.      Teliti yaitu berpikir dan melakukan segala sesuatu sesuai ketentuan secara cermat. Indikator dalam pembelajaran adalah mengerjakan tugas dengan tepat dan akurat.
2.      Disiplin yaitu tindakan yang menunjukkan perilaku tertib dan patuh pada berbagai ketentuan dan peraturan. Indikator dalam pembelajaran adalah memanfaatkan waktu dengan sebaik-baiknya, mendiskusikan permasalahan dengan kelompoknya,dan mengerjakan tugas tepat waktu.
3.      Jujur yaitu perilaku yang didasarkan pada upaya menjadikan dirinya sebagai orang yang selalu dipercaya dalam perkataan, tindakan dan pekerjaan baik terhadap diri dan pihak lain. Indikator dalam pembelajaran adalah tidak menyontek dalam mengerjakan tugas, menyatakan sikap terhadap materi diskusi kelompok, mengemukakan pendapat tanpa ragu tentang pokok diskusi dan menyelesaikan masalah sesuai dengan kemampuan sendiri.
4.      Tanggungjawab yaitu sikap dan perilaku seseorang untuk melaksanakn kewajibannya sebagaimana yang seharusnya dia lakukan terhadap diri sendiri, masyarakat dan lingkungan. Indikator dalam pembelajaran adalah menyelesaikan semua tugas yang diberikan, membantu orang lain/teman yang membutuhkan, dan mampu menyelesaikan masalahnya.
5.    Percaya diri yaitu sikap yakin akan kemampuan diri sendiri terhadap pemenuhan tercapainya setiap keinginan dan harapannya. Indikator dalam pembelajaran adalah menguasai materi prasyarat, memiliki keyakinan dapat menyelesaikan masalah, menunjukkan keberanian menyampaikan pendapat atau menjawab pertanyaan, dan tidak menunjukkan keragu-raguan dalam melakukan sesuatu.
E.       Student Teams Achievement Divisions (STAD)
Tahap pertama penerapan model pembelajaran STAD adalah mengelompokkan siswa secara heterogen. Setiap kelompok berisi 4 siswa yang mempunyai kemampuan berbeda. Hal ini dimaksudkan agar siswa yang lebih paham  materi pelajaran dapat mengajarkan atau membimbing anggota kelompoknya.
Tahap kedua adalah pemberian tugas kelompok setelah guru menerangkan materi pelajaran. Setiap anggota kelompok memiliki konstribusi bagi keberhasilan kelompok. Kesadaran siswa dalam kelompok bahwa mereka bertanggung jawab terhadap proses belajar mereka sendiri dan kelompok akan tumbuh. Siswa mengerjakan tugas secara bersama-sama. Siswa saling membantu, berbagi kemampuan, memberikan dorongan/motivasi serta menghargai upaya anggotanya. Semua siswa dalam kelompok harus memahami dan mengerjakan soal dengan benar dan teliti.
Tahap ketiga adalah guru memberikan pertanyaan secara acak kepada siswa tentang jawaban soal kelompok tanpa dibantu siswa lain. Kemampuan individual dan kejujuran siswa tercermin dalam hal ini.  Ketergantungan terhadap siswa yang lebih pandai berkurang. Rasa percaya diri siswa akan tumbuh bila soal dapat dijawab dengan benar.
Tahap keempat adalah evaluasi. Kerjasama siswa patut diapresiasi dan dimotivasi agar siswa dapat berinteraksi lebih baik lagi. Guru dapat memberikan penghargaan dan hadiah/reward pada siswa maupun kelompok yang berhasil. Evaluasi proses kelompok yang dilakukan terus menerus akan membuat kelompok semakin efektif. Perbaikan dapat direncanakan agar tujuan pembelajaran dapat tercapai maksimal.
Tahap kelima adalah kesimpulan. Guru dan siswa bersama-sama menyimpulkan materi dari soal yang telah dikerjakan. Kesulitan dan hambatan yang ada dapat terungkap dan dicari pemecahannya bersama.  
F.       Standar Operasional Prosedur
Terdapat enam fase utama atau tahapan di dalam pelajaran yang menggunakan pembelajaran model STAD, yaitu :
1) Fase – 1 Menyampaikan tujuan dan memotivasi siswa
Guru menyampaikan semua tujuan pelajaran yang ingin dicapai pada pelajaran tersebut dan memotivasi siswa belajar. Karakter yang diharapkan dari siswa adalah rasa ingin tahu, cerdas dan percaya diri.
2) Fase – 2 Mengorganisasi siswa kedalam kelompok-kelompok belajar
Guru membentuk siswa kedalam kelompok-kelompok yang beranggotakan 4 orang dengan kemampuan heterogen.
3) Fase – 3 Menyajikan materi dan memberi soal kelompok
Guru menjelaskan kepada siswa tentang materi Teorema Pythagoras dengan prasyarat luas segitiga, luas persegi, kuadrat dan akar kuadrat. Guru kemudian memberikan soal kepada masing-masing kelompok.
4)  Fase – 4 Membimbing kelompok belajar
Guru membimbing kelompok–kelompok belajar pada saat mereka mengerjakan tugas agar melakukan transisi secara efisien. Anggota kelompok yang mampu menjelaskan pada anggota lainnya sampai semaua anggota kelompoknya mengerti. Karakter yang diharapkanadalah teliti, disiplin, jujur dan bertanggungjawab.
5)  Fase – 5 Evaluasi
Guru mengevaluasi hasil belajar tentang materi yang telah dipelajari atau masing-masing kelompok mempresentasikan hasil kerjanya. Guru menunjuk salah  satu siswa untuk mengerjakan didepan tanpa dibantu yang lain.
6)  Fase – 6 Memberikan penghargaan
Guru mencari cara-cara untuk menghargai baik upaya maupun hasil belajar individu dan kelompok. Karakter yang terbentuk pada siswa adalah percaya diri.   
Fase-fase pada pembelajaran ini dilaksanakan untuk satu kali tatap muka dengan alokasi waktu  2 jam pelajaran, atau delapan puluh menit. Guru memetakan siswa berdasarkan kemampuan individualnya, agar dapat dikelompokkan secara heterogen.







BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
A.      Setting Penelitian
1.      Waktu Penelitian
Penelitian dilakukan sesuai dengan rencana pengajaran yang dibuat, yaitu 10 jam pelajaran untuk Kompetensi Dasar 1 dan 10 jam pelajaran untuk Kompetensi Dasar 2. Penelitian disesuaikan dengan KTSP SMP Negeri 1 Tarub yaitu 6 jam pelajaran dalam 1 minggu. Sehingga penelitian yang membutuhkan waktu 20 jam pelajaran dilakukan selama 4 minggu.  Penelitian dilakukan pada minggu pertama sampai minggu keempat bulan September 2012.
2.      Tempat Penelitian
Penelitian tindakan kelas dilakukan sesuai dengan tempat tugas mengajar peneliti, yaitu di SMP Negeri 1 Tarub Kabupaten Tegal beralamat di Jalan Projosumarto 2 Mindaka Tarub Tegal. Kelas yang dipilih adalah Kelas VIII A.
B.       Subyek Penelitian
Subyek penelitian adalah siswa kelas VIII A SMP Negeri 1 Tarub semester satu Tahun Pelajaran 2012/2013. Dalam kelas tersebut terdiri dari 18 siswa putra dan 18 siswa putri sehingga jumlah seluruhnya 36 siswa. Kondisi siswa sebelum penelitian adalah sebagai berikut :
1.         Siswa kurang terampil dalam melakukan penghitungan
2.    Siswa kurang percaya diri, hal ini diindikasikan dengan tidak beraninya siswa menjawab pertanyaan guru atau mengerjakannya didepan  walaupun sebenarnya hasil pekerjaan siswa benar
3.    Siswa kurang teliti, disiplin, jujur dan bertanggungjawab. Karakter ini tercermin saat siswa mengerjakan soal latihan yang diberikan oleh guru. Siswa masih mengandalkan bantuan siswa lain yang dianggap lebih pintar dari dirinya.
C.      Pengumpulan Data
Pengumpulan data dilakukan oleh peneliti sebagai guru matematika pada kelas tersebut dengan dibantu oleh dua orang guru lain sebagai pengamat (observer). Pengamat membantu peneliti melakukan penilaian pada sikap dan karakter siswa. Pengamat juga menilai proses pembelajaran dan kinerja guru melalui lembar observasi guru. Penelitian dilakukan dengan model STAD (Student Teams  Achievement Divisions).
Model penelitian dengan model STAD terdiri atas empat kegiatan yang dilakukan dengan dua siklus. Empat kegiatan utama pada tiap siklus itu adalah 1) perencanaan, 2) pelaksanaan tindakan, 3) pengamatan, dan 4) refleksi. Alur penelitian tersebut dapat digambarkan dalam diagram berikut.


Permasalahan
 
Refleksi 1
 
Pengamatan
 
Pelaksanaan Tindakan
 
Perencanaan Tindakan
 
Siklus 1























 



Pengamatan 2
 
Refleksi 2
 
Siklus 2
Hasil refleksi 2
 
                                                                                                                                            

Model PembelajaranSTAD yang digunakan dalam penelitian tindakan kelas ini menggunakan dua siklus dengan prosedur sebagai berikut:
1.      Proses Penelitian siklus 1
1.1  Perencanaan Tindakan (planning)
Perencanaan tindakan ini meliputi penyusunan Rencana pelaksanaan pembelajaran (RPP) dan soal-soal evaluasi yang berkaitan dengan  konsep Teorema Pythagoras juga penerapannya pada segitiga siku-siku. Lembar observasi dan lembar penilaian unjuk kerja karakter siswa  untuk pengamat juga disiapkan instrumennya.

1.2  Pelaksanaan Tindakan (Action)
Tindakan dilakukan sesuai dengan skenario yang telah dibuat, yaitu :
Pertemuan Pertama :
1)      Siswa dibagi menjadi beberapa kelompok yang masing-masing beranggotakan 4 orang dengan kemampuan berbeda
2)      Guru memberi tugas kepada kelompok untuk dikerjakan oleh anggota kelompok tentang konsep Teorema Pythagoras. Anggota yang tahu menjelaskan pada anggota lainnya sampai semua anggota dalam kelompok itu mengerti.
3)      Guru memberi kuis/pertanyaan kepada siswa dan pada saat menjawab tidak boleh saling membantu
4)      Guru dan siswa mengevaluasi bersama
5)      Guru mengarahkan siswa menarik kesimpulan
Pertemuan Kedua dan Ketiga :
Penelitian masih menggunakan model yang sama, anggota kelompok tetap. Materi yang dibahas adalah penerapan Teorema Pythagoras pada segitiga siku-siku yaitu menghitung panjang sisi bila dua sisi yang lain diketahui panjangnya.

Pertemuan Keempat dan Kelima :
Dengan model yang sama dan anggota kelompok tetap, pembahsan materi dilanjutkan pada segitiga siku-siku istimewa. Yaitu segitiga siku-siku yang memiliki sudut 300, 450 dan 600.
1.3  Pengamatan (Observation)
Pengamatan pelaksanaan tindakan dilakukan secara kolaburatif dengan teman sejawat menggunakan lembar observasi. Hasil pengamatan kemudian dievaluasi bersama dan peneliti mengolah data untuk menentukan tingkat keberhasilan penelitian dengan tujuan yang hendak dicapai.
1.4  Refleksi (Reflection)
Hasil observasi teman sejawat dan evaluasinya dianalisa. Guru dan siswa bersama-sama merefleksikannya untuk menentukan perencanaan dan  tindakan berikutnya untuk mencapai hasil yang lebih baik. Refleksi ini digunakan sebagai dasar untuk pelaksanaan siklus dua.
2.      Proses Penelitian Siklus 2
Siklus dua dilakukan dengan beberapa perubahan terutama pada anggota kelompok. Siswa memilih anggotanya sendiri asalkan dalam  satu kelompok ada siswa yang memiliki kemampuan diatas rata-rata. Ini dimaksudkan agar siswa  merasa nyaman, lebih mudah berinteraksi dan menyatakan pendapat ataupun menanyakan hal yang belum dipahaminya dengan anggota kelompoknya.
2.1  Perencanaan Tindakan (Planning)
Perencanaan tindakan ini meliputi penyusunan Rencana pelaksanaan pembelajaran (RPP) dan soal-soal evaluasi yang berkaitan dengan konsep Teorema Pythagoras juga penerapannya pada kehidupan sehari-hari. Lembar observasi dan lembar penilaian unjuk kerja karakter siswa  untuk pengamat juga disiapkan instrumennya.
2.2  Pelaksanaan Tindakan (Action)
Tindakan dilakukan seperti pada siklus 1 hanya diadakan perubahan pada anggota kelompoknya, yaitu :
Pertemuan Pertama :
1)      Siswa dibagi menjadi beberapa kelompok yang masing-masing beranggotakan 4 orang dengan kemampuan berbeda
2)      Guru menyajikan pelajaran dengan mengingatkan tentang segitiga siku-siku istimewa
3)      Guru memberi tugas kepada kelompok untuk dikerjakan oleh anggota kelompok tentang kebalikan Teorema Pythagoras. Anggota yang tahu menjelaskan pada anggota lainnya sampai semua anggota dalam kelompok itu mengerti.
4)      Guru memberi kuis/pertanyaan kepada siswa dan pada saat menjawab tidak boleh saling membantu
5)      Guru dan siswa mengevaluasi bersama
6)      Guru mengarahkan siswa menarik kesimpulan
Pertemuan Kedua dan Ketiga :
Penelitian masih menggunakan model yang sama, anggota kelompok berbeda. Materi yang dibahas adalah  Tripel  Pythagoras pada segitiga siku-siku istimewa untuk menentukan Tripel Pythagoras.
Pertemuan Keempat dan Kelima :
Dengan model yang sama dan anggota kelompok berbeda, pembahasan materi dilanjutkan pada penerapan Teorema Pythagoras pada bangun datar dan kehidupan sehari-hari.
2.3  Pengamatan (Observation)
Pengamatan pelaksanaan tindakan dilakukan secara kolaburatif dengan teman sejawat menggunakan lembar observasi. Hasil pengamatan kemudian dievaluasi bersama dan peneliti mengolah data untuk menentukan tingkat keberhasilan penelitian dengan tujuan yang hendak dicapai.
2.4  Refleksi (Reflection)
Hasil observasi teman sejawat dan evaluasinya dianalisa. Guru dan siswa bersama-sama merefleksikannya untuk menentukan perencanaan dan  tindakan berikutnya untuk mencapai hasil yang lebih baik.
  1. Data dan cara pengumpulan data
1.      Sumber data
Dalam penelitian ini sumber datanya adalah siswa dan guru yang bersangkutan.
2.      Jenis data
Jenis data dalam penelitian ini adalah kuantitatif dan kualitatif  yang terdiri dari :
a.   Lembar  pengamatan observasi
b.      Hasil lembar kerja siswa
c.       Hasil unjuk kerja (berupa karakter yang diamati)
3.   Cara mengumpulkan data
a.       Data hasil belajar siswa diambil dari hasil pengerjaan soal  latihan.
b.      Data tentang proses pembelajaran pada saat dilaksanakannya tindakan diambil dengan lembar observasi guru dan data tentang karakter siswa dari penilaian unjuk  kerja siswa.
c.       Data tentang refleksi serta perubahan-perubahan yang terjadi dikelas diambil dari hasil pengamatan hasil evaluasi dan diskusi antara pengamat dan peneliti.
E.     Pengumpulan data penelitian
  1. Soal latihan Siswa
Soal  latihan yang diberikan pada masing-masing kelompok  digunakan untuk mengukur keterampilan, pengetahuan intelegensi, kemampuan atau bakat yang dimiliki oleh individu atau kelompok. Pada saat anggota mengerjakan soal dapat dilihat dan dinilai karakter yang hendak diteliti yaitu teliti, disiplin, jujur, bertanggungjawab dan percaya diri.
b) Lembar unjuk kerja siswa
Berupa lembar hasil unjuk kerja siswa yang berisi tentang karakter yang teramati saat siswa mengerjakan soal latihan baik secara kelompok maupun pada saat ditunjuk oleh guru untuk mengerjakannya didepan kelas tanpa bantuan siswa lain. Untuk mendapatkan data  sikap siswa terhadap pembelajaran  kooperatif dengan model STAD digunakan angket dengan memilih atau memberi tanda cek lis (√) pada kolom yang sesuai pilihan oleh pengamat. ( Terlampir )
c) Lembar observasi
Berupa lembar penilaian pengamat terhadap pelaksanaan pembelajaran yang dilakukan oleh guru/peneliti. Lembar ini berisi langkah-langkah pembelajaran dengan kisaran nilai tertentu yang akan diakumulasikan setelah pembelajaran berakhir.
d) Dokumentasi
Dokumentasi berupa fotodiperlukan sebagai bukti pendukung bahwa pembelajaran dengan model STAD memang dilakukan oleh peneliti dan bukan rekayasa.
F.     Analisis data
Analisis data dilakukan secara spontan dan terencana, menggunakan Triangulasi Data. Analisis data secara spontan ini dilakukan segera setelah penerapan dilakukan. Hal ini dilakukan untuk mendapatkan hasil analisis yang relatif akurat untuk dapat mengambil keputusan tindak lanjut.
a)      Soal Latihan  Siswa   
Digunakan untuk memperoleh data tentang pengetahuan prasyarat siswa sebelum pembelajaran   . Tingkat penguasaan konsep dihitung dengan rumus :
Tingkat penguasaan konsep =x 100%
Dengan prosentase keberhasilan ≥ 85%, untuk nilai rata-rata lebih dari 68 sesuai KKM untuk rentang nilai ideal 100.
b)      Unjuk Kerja Siswa
Digunakan untuk mengumpulkan informasi tentang sikap siswa terhadap pembelajaran kooperatif dengan model STAD dalam kelompok. Adapun kriteria penilaian untuk sikap siswa terhadap pembelajaran kooperatif dengan model STAD  terbagi dalam 5 skala yaitu sempurna, sangat baik, baik, cukup, kurang dan nilai yang diperoleh berdasarkan :
Nilai (n) =
Kriteria penilaian :
         Prosentase        90 – 100  =  Sempurna
                                   80 – 89  =  Sangat Baik
                                   70 – 79  =  Baik
                                   60 – 69  =  Cukup
                                   < 60      =  Kurang
dengan prosentase keberhasilan  diatas 60 %
c)      Lembar Observasi
Digunakan untuk mengumpulkan  informasi tentang situasi dan peristiwa proses pembelajaran matematika di kelas. Adapun yang diamati dalam  proses belajar mengajar memfokuskan pada kinerja guru. Sistem penilaian terhadap kinerja guru  berdasarkan rumus :
Nilai (n) =
dengan prosentase keberhasilan 85 %
G.    Indikator keberhasilan
Untuk mengetahui meningkatnya hasil belajar siswa, dan aktivitas siswa dalam penerapan model pembelajaran kooperatif dengan model STAD pada Standar Kompetensi Menggunakan Teorema Pythagoras dalam Pemecahan Masalah, maka ditetapkan  indikator keberhasilan sebagai berikut :
1.      Seorang siswa disebut telah tuntas belajar bila telah mencapai skor 68% atau nilai ³ 68. Keberhasilan indikator ditandai bila 85% siswa memperoleh nilai  ≥ 68.
2.      Meningkatnya kerjasama dan komunikasi dengan teman dalam kelompoknya, yang dilihat dari lembar unjuk kerja  dengan prosentase keberhasilan 60%.
3.      Meningkatnya kinerja guru yang dilihat dari lembar observasi guru tentang kegiatan pada saat pembelajaran dengan prosentase keberhasilan 85%.

 



                                            BAB IV
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
A.  Deskripsi Siklus 1
Penelitian Tindakan Kelas (PTK) dilakukan dalam dua siklus karena hanya ada dua Kompetensi Dasar pada pembelajaran Teorema Pythagoras. Pada siklus 1 dilaksanakan penelitian sebagai berikut :
1.    Perencanaan Tindakan
Sebelum penelitian dilakukan, peneliti melakukan serangkaian kegiatan, yaitu mengidentifikasi masalah, menganalisanya dan merumuskan pemecahannya dengan mengacu pada teori-teori pembelajaran yang relevan.
Perencanaan pembelajaran Teorema Pythagoras dimulai dengan membuat Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP). Kemudian dibuat skenario pelaksanaannya,  mempersiapkan lembar soal latihan, lembar penilaian unjuk kerja siswa dan lembar observasi penilaian.
2.                                                                            Pelaksanaan Tindakan
Pelaksanaan penelitian dilakukan mulai minggu pertama tepatnya hari Selasa, tanggal  4 September 2012. Siklus 1 direncanakan untuk lima kali pertemuan, sehingga pelaksanaannya sampai minggu ke dua.  Pelaksanaan penilaian diambil pada akhir siklus 1 yaitu hari sabtu tanggal 15 September 2012. Pembelajaran dengan menggunakan model STAD merupakan hal yang baru bagi siswa sehingga guru perlu menjelaskan terlebih dahulu skenario pembelajarannya. Guru mengingatkan tentang materi prasyarat Teorema Pythagoras sebelum membentuk kelompok. Siswa dibagi dalam beberapa kelompok yang masing-masing beranggotakan 4 orang dengan kemampuan heterogen.
Pada siklus  pertama, terlihat siswa masih canggung dengan anggota kelompoknya. Hal ini dibuktikan dengan  hasil unjuk kerja siswa dan hasil pengerjaan soal latihan.
3.                                                          Pengamatan (Observasi)
Pembelajaran dengan menggunakan model STAD berjalan lancar sesuai dengan skenario yang telah direncanakan. Siswa terlihat antusias dan bekerjasama dengan baik dalam kelompoknya.  Pada akhir siklus pertama diadakan penilaian dan pengamatan yang tertuang dalam tabel berikut :
Tabel 4.1. Hasil pengerjaan soal latihan
NO
Perolehan Nilai Siswa
Keterangan
1
Nilai Tertinggi
100
2
Nilai Terendah
30
3
Rata-Rata
64,60
4
Nilai Dibawah 68
48,51%
5
Nilai Diatas 68
51,43%
Pada tabel diatas terlihat bahwa nilai rata-rata siswa masih dibawah  68 dan siswa yang memperoleh nilai diatas 68 belum mencapai 85%. Hal ini menandakan bahwa siswa belum menguasai materi Teorema Pythagoras. Siswa juga belum terampil dalam melakukan penghitungan.
Tabel 4.2 Hasil Unjuk Kerja Siswa
NO
Karakter Yang Diamati
Prosentase Pengamat 1 (dalam %)
Prosentase Pengamat 2 (dalam %)
Prosentase Pengamat 3 (dalam %)
Prosentase Rata-rata  (dalam %)
Kriteria Penilaian
1
Teliti
29
31
66
42
Kurang
2
Disiplin
51
51
60
54
Kurang
3
Jujur
60
54
77
64
Cukup
4
Tanggung jawab
77
60
60
66
Cukup
5
Percaya diri
20
31
37
29
Kurang

Pada tabel 4.2 terlihat bahwa untuk karakter teliti, disiplin dan percaya diri siswa  kurang karena masih dibawah 60%. Bahkan  rasa percaya diri siswa sangat mengkhawatirkan, dibawah 30%. Siswa tidak berani mengerjakan soal didepan  kelas bila tidak ditunjuk oleh guru. Siswa takut untuk menjawab pertanyaan yang dilontarkan oleh guru walaupun sebenarnya mampu. Karakter jujur dan tanggungjawab meskipun prosentasenya masih lebih baik daripada karakter lainnya yaitu diatas 60%, namun baru berkriteria cukup Mengacu pada analisa data bahwa prosentase keberhasilan adalah diatas 60% maka karakter jujur dan tanggungjawab ternyata berhasil ditanamkan pada siswa.
Tabel 4.3 Penilaian kinerja ( lembar Observasi Guru)
NO
Kategori
 Skor Pengamat 1
Skor Pengamat 2
Jumlah
Rata-rata
1
Sangat tidak baik
-
-


2
Tidak baik
-
-


3
Kurang baik
-
-


4
Baik
96
40
136

5
Sangat baik
-
70
70

Jumlah skor
96
110
206
103
Prosentase
80 %
91,67%

85,83%

Tabel 4.3 menunjukkan sedikit perbedaaan penilaian dari dua orang pengamat dalam proses pembelajaran. Dari prosentase rata-rata terlihat bahwa guru telah berhasil menerapkan situasi dan kondisi yang kondusif sesuai dengan yang diharapakan. Kinerja guru dianggap berhasil bila prosentasenya diatas 85%.
Pembelajaran menjadi menyenangkan. Siswa aktif dan bekerjasama dengan kelompoknya. Masing-masing berusaha untuk mengerjakan soal dan berdiskusi bila mengalami kesulitan. Siswa saling membantu antar anggota kelompok, meskipun ternyata hasilnya belum seperti yang diharapkan.
4.    Refleksi
Setelah melakukan pengamatan terhadap proses belajar mengajar pada siklus pertama, peneliti bersama pengamat melakukan evaluasi. Hasil pekerjaan siswa yang menunjukkan bahwa 48,51% siswa masih belum mencapai ketuntasan minimal serta karakter teliti, disiplin dan percaya diri berkategori kurang, dibutuhkan strategi berbeda untuk merubahnya.
Diskusi antara peneliti dan pengamat menyimpulkan siswa masih kikuk dan canggung dengan  teman  sekelompoknya sehingga segan  untuk selalu meminta bantuan bila mengalami kesulitan. Siswa dalam kelompok yang sama memiliki hasil pekerjaan yang berbeda. Siswa saling membantu hanya di nomor-nomor tertentu, tetapi terlihat siswa sangat antusias dan berusaha mengerjakan soal dengan sebaik-baiknya.
 Evaluasi yang telah dilakukan menyimpulkan bahwa siswa tidak dapat sepenuhnya bekerjasama dengan kelompok yang dibentuk oleh guru, tetapi siswa tertarik dan bersemangat dengan model pembelajaran STAD. Kesimpulan ini digunakan untuk memperbaiki pembelajaran STAD pada siklus berikutnya.
B.       Deskripsi Siklus 2
Setelah menyelesaikan siklus 1, peneliti mulai merencanakan untuk melaksanakan siklus 2 dengan sedikit perubahan yang diharapkan dapat mengoptimalkan kemampuan siswa sehingga tercapai hasil pembelajaran yang maksimal. Siklus 2 dimulai dengan tahapan-tahapan sebagai berikut :
1.    Perencanaan Tindakan
Perencanaan tindakan dimulai dengan membuat skenario pembelajaran yang tertuang dalam RPP. Pembelajaran masih menggunakan model STAD namun untuk anggota kelompok siswa diperbolehkan untuk memilih sendiri anggotanya. Diharapkan siswa tidak canggung dan segan lagi  bekerjasama dan saling  membantu  antar anggota kelompoknya. Ini sesuai dengan analisa peneliti dan pengamat pada evaluasi siklus 1.
Langkah selanjutnya adalah mempersiapkan lembar soal, lembar penilaian unjuk kerja siswa dan lembar observasi guru. Peneliti masih dibantu oleh pengamat  yang sama seperti pada siklus 1. Tujuannya adalah agar ada konsistensi penilaian sehingga dapat diidentifikasi apakah tujuan penelitian tercapai atau tidak.
2.    Pelaksanaan Tindakan
Siklus 2 dimulai pada minggu ketiga, tepatnya hari Senin tanggal 17 September 2012. Siklus ini dilakukan selama lima kali pertemuan sehingga pelaksanaannya sampai minggu keempat September. Penilaian untuk penelitian diambil pada akhir siklus 2 yaitu hari Selasa tanggal 25 September 2012.
Siswa diminta untuk berkelompok,  masing-masing terdiri dari empat anggota yang dipilih sendiri. Siswa terlihat sangat antusias dan gembira. Guru membagikan soal, siswa diminta mengerjakannya dengan bekerjasama dan saling membantu. Siswa yang tahu dan dapat mengerjakannya dengan baik diharapkan untuk mengajari anggotanya yang belum bisa. Sehingga bila ada pertanyaan ataupun diminta mengerjakan di depan, siswa dapat menjawab dan  mengerjakannya dengan benar tanpa dibantu oleh yang lain.
3.    Pengamatan  
 Pembelajaran pada siklus 2 berjalan dengan baik sesuai dengan skenario pada RPP. Siswa saling membantu pada soal-soal sulit sehingga pada saat guru melontarkan pertanyaan, siswa tidak ragu lagi untuk mengacungkan tangan berusaha menjawabnya. Siswa juga berani untuk mengerjakan soal di papan tulis. Hasil pekerjaan siswa dapat dilihat pada tabel berikut :
Tabel 4.4. Hasil pengerjaan soal latihan
NO
Perolehan Nilai Siswa
Keterangan
1
Nilai Tertinggi
100
2
Nilai Terendah
83
3
Rata-Rata
95,32
4
Nilai Dibawah 68
0%
5
Nilai Diatas 68
100%

Dari tabel 4.4 dapat dilihat bahwa ternyata semua siswa memiliki nilai diatas 68. Nilai rata-rata 95,32  melampaui batas ketuntasan nilai yang dijadikan acuan. Hal ini dapat disimpulkan bahwa kemampuan / keterampilan menghitung  siswa pada penerapan Teorema Pythagoras mengalami kemajuan yang signifikan.




Tabel 4.5 Hasil Unjuk Kerja Siswa
NO
Karakter Yang Diamati
Prosentase Pengamat 1 (dalam %)
Prosentase Pengamat 2 (dalam %)
Prosentase Pengamat 3 (dalam %)
Prosentase Rata-rata  (dalam %)
Kriteria Penilaian
1
Teliti
59
65
76
       67
Cukup
2
Disiplin
76
65
71
71
Baik
3
Jujur
94
85
100
93
Sempurna
4
Tanggung jawab
94
85
79
86
Sangat Baik
5
Percaya diri
59
53
74
62
Cukup

Pada tabel 4.5 karakter yang dinilai pada siswa yaitu teliti dan percaya diri bernilai cukup (diatas 60%) dari sebelumnya sangat rendah. Disiplin juga mengalami kemajuan yang besar. Karakter tanggungjawab dimiliki oleh 86% siswa dan jujur mayoritas tertanam dalam diri siswa.
Tabel 4.6 Penilaian kinerja( lembar Observasi Guru)
NO
Kategori
 Skor Pengamat 1
Skor Pengamat 2
Jumlah
Rata-rata
1
Sangat tidak baik
-
-


2
Tidak baik
-
-


3
Kurang baik
-
-


4
Baik
68
20
88

5
Sangat baik
35
95
125

Jumlah skor
103
115
218
109
Prosentase
85 %
95,83%

90,83%
Tabel 4.6 menunjukkan bahwa pengelolaan kelas berlangsung baik dan sesuai dengan skenario. Proses belajar mengajar  siklus 2 bernilai 90,83% berada diatas batas prosentase keberhasilan yang 85%. Kinerja guru sudah baik dan berlangsung efektif dan efesien.
4.    Refleksi
Hasil pengamatan peneliti dan observer serta hasil pekerjaan siswa dianalisis bersama. Peneliti dan observer menyimpulkan pada pokok bahasan Teorema Pythagoras siswa dapat memahaminya dengan pembelajaran model STAD. Namun siswa lebih nyaman dan maksimal bila anggota kelompok tidak ditentukan oleh guru melainkan dipilih sendiri oleh mereka.
C.      Analisis Data
Berdasarkan hasil penelitian pada siklus 1, model STAD dapat diterapkan untuk proses pembelajaran pokok bahasan Teorema Pythagoras untuk siswa kelas VIII A di SMP Negeri 1 Tarub. Pada saat pembelajaran, semua siswa dituntut aktif mengerjakan soal yang diberikan oleh guru. Siswa diajak untuk menyelesaikan soal bersama kelompoknya dan dapat meminta bantuan anggotanya bila mengalami kesulitan.
Pengamat berpendapat bahwa siswa gembira dapat bekerjasama dengan kelompoknya karena masalah yang ada dapat dikerjakan bersama-sama. Siswa berusaha untuk menyelesaikan tugasnya, menunjukkan bahwa siswa  memiliki rasa tanggungjawab. Antusiasisme siswa juga terlihat karena dapat berinteraksi dengan teman, tidak hanya mendengarkan penjelasan materi dari guru. Pembelajaran tidak monoton sehingga siswa tidak jenuh dan merasa bosan.
Karakter jujur juga tertanam pada siswa, karena tidak menyontek pekerjaan temannya. Siswa hanya meminta bantuan bila mengalami kesulitan. Anggota yang lebih tahu mengajari cara mengerjakannya tanpa memperlihatkan hasil pekerjaan dirinya. Siswa berusaha menyelesaikan tugas sesuai dengan kemampuan sendiri. Hal ini dibuktikan dengan hasil pengerjaan soal yang berbeda dalam satu kelompok.
Pengembangan karakter disiplin masih harus lebih ditingkatkan lagi. Siswa belum dapat mengorganisasikan kelompoknya dengan baik, terutama saat mendiskusikan masalah yang dihadapi. Kelas sedikit gaduh, ada anggota kelompok yang ingin selalu mendominasi dan diperhatikan. Beberapa siswa terkesan mengganggu kelompok lain karena meminjam alat tulis ataupun sekedar bertanya hal yang tak perlu, seperti menanyakan sudah mengerjakan sampai nomor berapa.
Siswa sangat tidak percaya diri, terutama bila diminta untuk menjawab soal dan mengerjakannya di depan kelas. Siswa tidak berani menyampaikan pendapat dan terkesan takut bila jawaban yang diberikan salah. Saat berdiskusi menyelesaikan masalah bersama kelompoknya siswa terlihat ragu-ragu dan tidak yakin dengan jawabannya.
Pengamat memperhatikan, tingkat ketelitian siswa dalam mengerjakan soal rendah. Siswa sebenarnya mampu mengerjakan soal yang diberikan, namun tidak cermat dalam penghitungan. Menentukan sisi miring dalam suatu segitiga tidak dilihat dari letaknya yang berada di depan sudut siku-siku tetapi melihat gambar yang garisnya miring. Satuan dalam penghitungan juga tidak dihiraukan, mereka lebih fokus ke angkanya saja.
Tingkat ketelitian yang rendah mempengaruhi hasil pengerjaan soal siswa. Nilai yang belum mencapai ketuntasan 68 hampir separuh siswa di kelas. Ada 17  dari 35 siswa  yang mengikuti pembelajaran tidak memenuhi hasil yang diharapkan. Rata-rata nilai baru 64,60 mengindikasikan siswa belum terampil dalam melakukan penghitungan. Hal ini harus diperbaiki agar siswa dapat mengoptimalkan seluruh kemampuannya dan mencapai nilai maksimal.
Pengelolaan kelas oleh guru dianggap sudah baik karena telah mencapai skor rata-rata lebih dari 85%. Pada saat memulai pembelajaran, guru telah memotivasi siswa dengan mengaitkan materi pelajaran dengan kehidupan sehari-hari. Guru membagi siswa ke dalam kelompok-kelompok dengan kemampuan heterogen. Siswa berpartisipasi aktif dalam pembelajaran dan menumbuhkan keceriaan. Saat melakukan refleksi membuat rangkuman siswa juga dilibatkan.
Hasil penilaian antara peneliti dan pengamat siklus 1 menjelaskan bahwa pembelajaran dengan model STAD yang membagi siswa dalam beberapa kelompok pada penerapan Teorema Pythagoras di kelas VIII A SMP Negeri 1 Tarub dapat dilakukan dengan baik. Namun keterampilan dan ketelitian penghitungan siswa masih kurang optimal. Karakter jujur dan tanggungjawab dapat dikembangkan sedangkan karakter teliti, disiplin dan percaya diri belum tercapai.   
Evaluasi yang dilakukan oleh peneliti dan pengamat setelah pembelajaran siklus 1 menyimpulkan beberapa hal yang perlu diperbaiki untuk pembelajaran pada siklus 2. Model pembelajaran STAD tetap diterapkan, hanya ada perubahan yang harus dilakukan.  Guru sebagai peneliti diharapkan lebih menguasai kelas terutama pada saat diskusi kelompok. Agar siswa lebih disiplin dan tidak mengganggu kelompok lain, diterapkan sangsi pengurangan nilai untuk kelompok yang anggotanya mengganggu. Siswa diberi kebebasan untuk memilih anggota kelompoknya agar lebih nyaman dalam berinteraksi dan menyelesaikan permasalahan bersama. Guru memberikan reward nilai untuk siswa yang menjawab pertanyaan dan mengerjakan soal di depan dengan benar.
Berdasarkan data hasil pembelajaran STAD pada siklus 2, karakter siswa dapat dikembangkan optimal. Siswa lebih bersemangat dan ceria mengikuti proses pembelajaran. Masing-masing siswa menyelesaikan tugas yang diberikan guru. Siswa tidak canggung untuk meminta bantuan anggota kelompoknya bila mengalami kesulitan walaupun dibanyak nomor. Anggota yang tahu juga tidak segan untuk menjelaskannya. Rasa tanggungjawab agar semua anggota kelompoknya paham dan menguasai materi tercermin dalam diskusi yang dilakukan. Ini menunjukkan bahwa karakter tanggungjawab dapat tumbuh dan berkembang baik pada siswa.
Kejujuran dalam mengerjakan soal juga tertanam dalam diri siswa. Siswa yang pada siklus 1 telah menunjukkan kejujurannya, pada siklus 2 lebih berkembang lagi. Siswa yang mengajari anggota kelompoknya tidak menunjukkan hasil pekerjaan dirinya. Siswa yang diajari juga tidak berusaha untuk melihatnya namun berusaha mengerjakan sendiri. Hasil pekerjaan siswa memperlihatkan tidak semua siswa dalam satu kelompok nilainya sama. Jadi karakter jujur pada siklus 2 dapat ditanamkan sesuai yang diharapkan.
Pengembangan karakter disiplin siswa dapat teramati pada proses pembelajaran. Siswa lebih terkoordinasi dan tertib saat pembentukan kelompok dan diskusinya. Siswa lebih terbuka dengan anggota kelompoknya sehingga tidak ada kesan menggurui dan mendominasi. Tidak ada siswa yang mengganggu kelompok lain karena takut dikurangi nilainya dan disalahkan  anggota kelompoknya. Siswa menyelesaikan pekerjaannya sesuai waktu yang disediakan. Perubahan ini menunjukkan bahwa kediplinan telah mulai tertanam dalam diri siswa.
  Siswa mulai berani menyatakan pendapatnya pada saat diskusi. Siswa juga bersedia menjawab pertanyaan yang dilontarkan oleh guru dan menjawabnya di depan. Reward nilai yang dijanjikan guru efektif membuat siswa berani menjawabnya. Percaya diri siswa mulai tumbuh dan menunjukkan hasil yang menggembirakan.
 Ketelitian siswa dalam mengerjakan soal mulai ditingkatkan. Guru mengingatkan kembali konsep dasar Teorema Pythagoras dan cara menentukan sisi miring pada awal proses pembelajaran. Guru juga mengingatkan tentang satuan  pengukuran pada penghitungan. Hasil pengerjaan soal oleh siswa pada siklus 2 ini menunjukkan siswa telah terampil melakukan penghitungan pada Teorema Pythagoras. Tingkat ketelitian penghitungan siswa juga menunjukkan perbaikan yang signifikan.
Secara keseluruhan proses pembelajaran pada siklus 1 dan siklus 2 berjalan baik. Guru dapat menguasai kelas dan melaksanakan pembelajaran sesuai dengan skenario yang direncanakan. Semua siswa terlibat aktif  dan antusias mengikuti pelajaran. Proses pembelajaran membuat siswa harus berpikir dan bekerjasama sehingga suasana tidak membosankan.
Berdasarkan hasil pengamatan siklus 1 dan siklus 2 disimpulkan bahwa model STAD yang diterapkan pada siswa kelas VIII A efektif untuk melatih keterampilan menghitung dan meningkatkan ketelitian penghitungan materi Teorema Pythagoras. Pembelajaran model STAD  juga dapat menanamkan karakter teliti, disiplin, jujur dan tanggungjawab pada siswa. Kepercayaan diri dapat ditumbuhkan dan dikembangkan sehingga siswa lebih berani mengungkapkan pendapatnya dan menjawab pertanyaan guru tanpa rasa takut maupun malu.
BAB V
PENUTUP
A.      Simpulan
 Setiap guru menginginkan agar siswa dapat menguasai materi pelajaran yang diajarkan. Tujuan penelitian yang pertama yaitu mendeskripsikan pembelajaran dengan model STAD pada pembahasan Teorema Pythagoras untuk melatih keterampilan menghitung pada siswa dapat tercapai dengan baik. Hal ini terlihat pada hasil pengerjaan soal yang dicapai oleh siswa pada siklus 1 dan siklus 2. Pengamat berpendapat siswa terlihat antusias dengan pembelajaran berkelompok. Pada siklus 1, anggota kelompok masih ditentukan oleh guru agar kemampuan siswa dalam satu kelompok heterogen. Kelemahannya, siswa terlihat agak canggung dan segan untuk sering meminta bantuan anggotanya bila mengalami kesulitan. Hasilnya siswa yang mencapai nilai ketuntasan hanya 51,43%.
Pada siklus 2, pembelajaran ini berusaha diperbaiki. Pembelajaran masih menggunakan model STAD, tetapi pada saat pembentukan kelompok siswa diperbolehkan untuk menentukan anggota kelompoknya sendiri. Pengamatan menunjukkan bahwa siswa lebih bersemangat dan ceria mengikuti proses pembelajaran. Siswa tidak canggung untuk meminta bantuan kelompoknya saat mengalami kesulitan, dan anggota yang tahu tidak segan untuk menjelaskannya. Siswa lebih nyaman dalam berinteraksi dan menyelesaikan masalah bersama.Proses pembelajaran ini membuat siswa harus berpikir dan bekerjasama sehingga suasana tidak membosankan. Hasil yang dicapai sangat signifikan yaitu siswa 100% mencapai batas nilai ketuntasan.
Tujuan penelitian  yang kedua yaitu mengetahui tingkat keefektifan model STAD untuk meningkatkan ketelitian penghitungan siswa pada Teorema Pythagoras ternyata cukup efektif. Pada awal pembelajaran guru mengingatkan kepada siswa tentang konsep Teorema Pythagoras dan materi prasyaratnya. Model STAD yang menitik beratkan pada kerjasama kelompok membuat siswa bisa saling mengingatkan anggota kelompoknya saat mengerjakan soal. Ketelitian siswa pada akhir siklus 2 meningkat, dari 42% menjadi 67%.
Tujuan penelitian yang ketiga yaitu mengetahui tingkat keefektifan model STAD untuk menumbuhkan karakter pada siswa juga berhasil baik. Kedisiplinan siswa pada siklus 1 yang rendah dapat ditingkatkan pada siklus 2. Pada siklus 1, suasana kelas sedikit gaduh karena beberapa siswa terkesan mengganggu kelompok yang lain. Hal ini diperbaiki pada siklus 2 yaitu dengan cara memberi sangsi berupa pengurangan nilai pada kelompok yang mengganggu kelompok lain. Sangsi ini ternyata efektif membuat kelas lebih tertib dan siswa lebih fokus mengerjakan soal dengan kelompoknya. Jadi karakter disiplin pada siswa dapat ditumbuhkan dan dikembangkan dengan baik.
Kejujuran dan tanggungjawab pada siswa telah dapat ditanamkan mulai dari siklus 1. Karakter ini lebih meningkat lagi pada siklus 2. Siswa tidak menyontek pekerjaan temannya walaupun satu kelompok. Siswa bekerjasama bila mengalami kesulitan, anggota yang tahu menjelaskan cara mengerjakannya tanpa memperlihatkan hasil pekerjaan dirinya. Semua siswa berusaha menyelesaikan tugas sesuai kemampuannya dan sesuai dengan waktu yang disediakan. Ini dibuktikan dengan hasil pengerjaan soal yang berbeda dalam satu kelompok.
Tujuan penelitian yang keempat yaitu mengetahui keektifan model STAD dalam menumbuhkan rasa percaya diri siswa berjalan baik. Pada siklus 1, percaya diri siswa sangat rendah. Siswa tidak berani menjawab soal yang dilontarkan guru maupun mengerjakannya di depan. Siswa tidak berani menyampaikan pendapat dan terkesan takut bila jawaban yang diberikan salah. Maka pada siklus 2 hal ini dicoba diperbaiki dengan cara memberikan reward nilai untuk siswa yang menjawab pertanyaan dan mengerjakan soal di depan dengan benar. Ternyata cara ini efektif menumbuhkan keberanian pada diri siswa dan rasa percaya diri mulai tertanam. Hasil pengamatan menunjukkan percaya diri siswa meningkat dari 29% menjadi 62%.
Dari pemaparan tersebut dapat disimpulkan bahwa keempat tujuan yang diteliti dapat tercapai dan model STAD dapat digunakan pada pembelajaran materi Teorema Pythagoras.

B.       Saran
1.      Model pembelajaran STAD hanyalah salah satu dari bermacam model pembelajaran  konstektual yang dapat digunakan pada pembahasan materi Teorema Pythagoras. Guru dapat menggunakan  model pembelajaran lain untuk lebih mengoptimalkan hasil yang ingin dicapai.
2.      Dalam pengelompokkan  walaupun guru telah memetakan kemampuan siswa agar tercipta kelompok dengan kemampuan heterogen, namun faktor kedekatan psikologis antar anggota kelompok juga harus dipertimbangkan. Kenyamanan siswa dalam berinteraksi mempengaruhi kerjasama antar anggota kelompok.
3.      Harus ada keterbukaan antara guru sebagai peneliti dan pengamat. Kekurangan proses pembelajaran dievaluasi bersama dan dicari jalan keluarnya untuk perbaikan selanjutnya.
4.      Diharapkan guru  selalu mencari  inovasi pembelajaran agar siswa tidak jenuh dalam mengikuti PBM. 





DAFTAR PUSTAKA
1.        Hakim Thursan, Belajar Secara Efektif, Puspa Swara, Jakarta, 2000
2.        M. Sobry Sutikno, Menuju Pendidikan Bermutu, NTP Press, Mataram, 2004
3.        Pupuh Fathurrahman, Strategi belajar Mengajar, Tunas Nusantara, Bandung , 2002
4.        Nana Sudjana & Ahmad, Media Pengajaran, Sinar Baru, Bandung, 1991
5.        Ratna Wilis Daher, Teori-teori Belajar dan Pembelajaran, Erlangga, Bandung, 2006
6.        Depdikbud, Panduan Pengembangan Silabus dan Panduan Pengembangan Rencana Pelaksanaan Pembelajaran, Depdikbud, 2006

4 comments:

  1. Lucky Club - Live Casino site
    If you are looking for an online casino that will make you luckyclub.live rich from playing for real money, you are in the right place. Lucky Club is an online gambling site

    ReplyDelete
  2. The most fair casino at St. Louis
    I know there 부천 출장안마 is a fair and 의정부 출장안마 reliable place to wager. I 제주도 출장안마 have been to the 대구광역 출장샵 St. Louis casino all over 부천 출장마사지 That's why I chose this website as my

    ReplyDelete