BAB I
PENDAHULUAN
A.
LATAR
BELAKANG
Setiap kegiatan
belajar mengajar selalu melibatkan dua pelaku aktif yaitu guru dan siswa. Guru sebagai
pengajar merupakan pencipta kondisi belajar siswa yang didesain secara
terencana, sistematis dan berkesinambungan. Siswa sebagai subyek pembelajaran
merupakan pihak yang menikmati kondisi belajar yang diciptakan oleh guru.
Segala potensi
yang dimiliki siswa, baik secara individual maupun kelompok, perbedaan latar
belakang sosio kultural, cara belajar siswa dan pengetahuan awal yang dimiliki
merupakan informasi yang dapat memberikan umpan balik bagi guru. Jadi pengalaman siswa
mengenai materi pelajaran yang telah diberikan bisa dijadikan apresiasi bagi
guru untuk menghubungkan materi berikutnya. Selain itu pengalaman belajar siswa
dapat dijadikan alat memotivasi, sehingga dapat memperhatikan materi berikutnya.
Pembelajaran
Matematika yang dilakukan di SMP Negeri 1 Tarub Kabupaten Tegal lebih bersifat
konvensional. Artinya guru mendominasi pembelajaran dengan cara menjelaskan
materi di depan kelas, dan siswa mendengarkan. Setelah itu siswa diminta untuk
mengerjakan soal-soal latihan. Hal ini menjadikan siswa menjadi pasif dan
jenuh. Tidak dapat dipungkiri bahwa proses belajar mengajar tersebut dapat
menimbulkan kejenuhan bagi guru dan siswa.
Untuk mengatasi
kejenuhan itu perlu diciptakan situasi dan kondisi belajar mengajar yang bervariasi. Beberapa model
pembelajaran yang sudah dikenal antara lain Jigsaw, STAD atau Team Game
Tournament (TGT). Apabila guru mampu menghadirkan proses belajar mengajar yang bervariasi
kemungkinan besar kejenuhan dapat dihindari sehingga tujuan pembelajaran dapat dicapai
maksimal.
Siswa
SMP Negeri 1 Tarub sering mengalami
kesulitan dalam memahami konsep Teorema Pythagoras. Materi Teorema Pythagoras
merupakan dasar untuk penghitungan luas, keliling maupun unsur-unsur bangun
geometri baik geometri datar maupun geometri ruang. Teorema Pythagoras yang
hanya berlaku pada segitiga siku-siku sering pula digunakan dalam kehidupan
sehari-hari, sehingga sering disebut materi esensial.
Prasyarat
mempelajari Teorema Pythagoras adalah penguasaan materi kuadrat, akar kuadrat,
persegi dan segitiga. Materi-materi tersebut telah didapatkan oleh siswa pada saat kelas VII maupun saat masih bersekolah di SD. Prasyarat berikutnya
adalah kompetensi keterampilan menghitung
dan ketelitian siswa.
Siswa akan lebih
memahami konsep Teorema Pythagoras apabila strategi pembelajaran melibatkan seluruh siswa dan menuntut siswa
untuk selalu aktif. Salah satu model yang sering digunakan adalah model
pembelajaran STAD (Student Teams-Achievement Divisions). STAD juga dapat
memotivasi dan menghilangkan kejenuhan siswa pada saat proses belajar mengajar.
Model
pembelajaran STAD dilakukan dengan membagi siswa dalam beberapa kelompok yang
beranggotakan 4 orang dengan kemampuan heterogen. Tiap kelompok diberi soal
yang harus dikerjakan semua anggota. Anggota kelompok yang tahu
mengajari/menjelaskan pada anggotanya yang lain. Guru secara acak menunjuk
siswa untuk mengerjakan di depan kelas dan menjelaskannya tanpa dibantu yang
lain.
Dengan metode STAD
ini siswa dituntut untuk dapat mengerjakan soal dengan teliti dan jujur. Rasa
tanggungjawab juga akan tertanam, karena siswa harus dapat menyelesaikan tugas
yang diberikan guru. Siswa akan disiplin, selalu siap bila sewaktu-waktu
ditunjuk oleh guru untuk menyelesaikan soal di depan kelas.
Penelitian tindakan kelas yang dilakukan untuk melatih keterampilan
menghitung menggunakan konsep Teorema
Pythagoras pada siswa kelas VIII A SMP Negeri 1 Tarub menggunakan model
pembelajaran STAD (Student Teams-Achievement Divisions). Pelatihan keterampilan
menghitung tersebut dimaksudkan untuk
mendapatkan umpan balik secara lebih sempurna demi tercapainya tujuan
pembelajaran yang maksimal.
B.
PERMASALAHAN
Seorang guru
dituntut untuk mau dan mampu memahami kondisi siswa serta menciptakan suasana
yang nyaman dan kondusif bagi siswa dalam menerima pelajaran. Namun dalam
kenyataannya masih banyak guru yang hanya sekedar memenuhi kewajiban untuk
mengajarkan materi yanng harus disampaikan tanpa melibatkan siswa.
Model
pembelajaran yang dilakukan masih bersifat konvensional yaitu menempatkan siswa
sebagai obyek pembelajaran dan guru sebagai subyeknya. Ini membawa konsekuensi
terhadap kurang bermaknanya kedudukan siswa dalam proses pembelajaran,
sedangkan guru menjadi faktor yang sangat dominan dalam proses belajar
mengajar. Wajar bila siswa mengalami kejenuhan dan proses belajar mengajar jadi
terhambat.
Dari hal
tersebut dapat disimpulkan bahwa guru harus memiliki tehnik, strategi atau model pembelajaran yang melibatkan seluruh
siswa dan sesuai dengan materi yang akan dipelajari dan kondisi kelas maupun
siswa. Pemilihan dan pengembangan tehnik ini diharapkan dapat mengoptimalkan
kemampuan siswa sehingga prestasi belajar dapat tercapai maksimal. Model
pembelajaran STAD yang melibatkan seluruh siswa sebagai subyek dan guru sebagai
pendamping atau fasilitator diharapkan mampu untuk menanamkan konsep Teorema
Pythagoras secara efektif pada siswa.
Permasalahan
yang hendak dibahas adalah :
1.
Bagaimana proses pembelajaran
dengan model STAD untuk melatih keterampilan menghitung dengan menggunakan
konsep Teorema Pythagoras pada siswa kelas VIIIA SMP Negeri 1 Tarub Tahun
Pelajaran 2012/2013?
2.
Apakah pembelajaran model STAD untuk
konsep Teorema Pythagoras dapat
meningkatkan ketelitian penghitungan siswa kelas VIIIA SMP Negeri 1 Tarub Tahun
Pelajaran 2012/2013?
3.
Apakah pembelajaran dengan model
STAD pada pembelajaran Teorema Pythagoras dapat menanamkan karakter Teliti,
Disiplin, Jujur dan Tanggung jawab pada siswa kelas VIII A SMP Negeri 1 Tarub
Tahun Pelajaran 2012/2013?
4.
Apakah pembelajaran dengan model
STAD pada pembelajaran Teorema Pythagoras dapat menumbuhkan rasa percaya diri
pada siswa kelas VIII A SMP Negeri 1 Tarub?
C.
Tujuan
Penelitian
Sesuai dengan
latar belakang dan permasalahan di atas, penelitian ini bertujuan untuk :
1.
Mendeskripsikan pelaksanaan model
STAD untuk melatih keterampilan menghitung siswa pada konsep Teorema
Pythagoras.
2.
Mengetahui tingkat keefektifan model STAD untuk meningkatkan ketelitian
penghitungan siswa pada Teorema Pythagoras.
3.
Mengetahui tingkat keefektifan
model STAD untuk menumbuhkan karakter teliti, disiplin, jujur dan tanggung
jawab pada siswa.
4.
Mengetahui keefektifan model STAD
dalam menumbuhkan rasa percaya diri pada siswa.
D.
Manfaat
penelitian
Apabila
hipotesis dalam penelitian ini benar, penelitian diharapkan bermanfaat bagi
dunia pendidikan, khususnya pada pembelajaran Teorema Pythagoras. Adapun
manfaat itu adalah:
1. Bagi siswa,
dapat meningkatkan kemampuan penerapan Teorema Pythagoras pada bangun geometri maupun
dalam kehidupan sehari-hari.
2. Bagi guru,
dapat meningkatkan kemampuan guru dalam memilih tehnik pembelajaran, menyusun
rancangan pembelajaran, melaksanakan proses belajar mengajar yang lebih
inovatif, efektif dan menyenangkan, dan mengevaluasi proses pembelajaran agar
memperoleh hasil maksimal sesuai yang diharapkan.
3. Bagi sekolah,
penelitian ini dapat menjadi masukan untuk memfasilitasi sarana dan prasarana
yang dibutuhkan dalam proses pembelajaran.
4. Bagi praktisi
pendidikan, penelitian ini dapat menjadi rujukan penelitian lain dan dapat
dijadikan bahan kajian untuk kemajuan pendidikan.
BAB
II
LANDASAN
TEORI
A.
Teori-teori
Belajar
Banyak
definisi para ahli tentang belajar, diantaranya adalah Skinner yang mengartikan
belajar adalah suatu proses adaptasi atau penyesuaian tingkah laku yang
berlangsung secara progresif. Hilgard & Bower dalam buku Theories of Learning mengemukakan bahwa
belajar berhubungan dengan perubahan tingkah laku seseorang terhadap situasi
tertentu yang disebabkan oleh pengalamannya yang berulang-ulang dalam situasi
itu. Perubahan tingkah laku itu tidak
dapat dijelaskan atau dasar kecenderungan respon bawaan, kematangan atau
keadaan-keadaan sesaat seseorang (misalnya kelelahan, pengaruh obat, dsb)
Belajar
menurut M. Sobri Sutikno dalam bukunya Menuju Pendidikan Bermutu mengartikan sebagai
suatu proses usaha yang dilakukan oleh seseorang untuk memperoleh suatu
perubahan yang baru sebagai hasil pengalamannya sendiri dalam interaksi dengan
lingkungannya. Perubahan yang dimaksud disini adalah perubahan yang terjadi
secara sadar (disengaja) dan tertuju untuk memperoleh sesuatu yang lebih baik
dari sebelumnya.
CT
Morgan dalam buku Introduction to
Psychology merumuskan belajar sebagai suatu perubahan yang relatif dalam
menetapkan tingkahlaku sebagai akibat atau hasil dari pengalaman yang lalu.
Thursan
Hakim dalam buku Belajar Secara Efektif mengartikan belajar adalah suatu proses
perubahan didalam kepribadian manusia. Perubahan tersebut ditampakkan dalam
bentuk peningkatan kecakapan, pengetahuan, sikap, kebiasaan, pemahaman, keterampilan,
daya pikir dan semua kemampuannya.
Pupuh
Fathurohman dalam bukunya Strategi Belajar Mengajar menyimpulkan bahwa belajar
pada hakikatnya adalah perubahan yang terjadi didalam diri seseorang setelah
melakukan aktifitas tertentu. Walaupun pada kenyataannya tidak semua perubahan
termasuk kategori belajar. Dalam belajar yang terpenting adalah proses bukan
hasil yang diperolehnya.
Pupuh
Fathurohman membedakan belajar menjadi 2 yaitu belajar konsep dan belajar
proses. Belajar konsep lebih menekankan hasil belajar berupa pemahaman faktual
dan prinsipil terhadap bahan atau isi pelajaran yang bersifat kognitif.
Sedangkan belajar proses atau keterampilan proses lebih ditekankan pada masalah
bagaimana bahan pelajaran dipelajari dan diorganisir secara tepat.
Belajar
keterampilan proses dan belajar konsep merupakan pembelajaran yang terpisah. Keduanya merupakan garis kontinum,
yang satu menekankan perolehan atau hasil, pemahaman faktual dan prinsipil.
Sedangkan belajar keterampilan proses tidak mungkin terjadi bila tidak ada
materi atau bahan pelajaran yang dipelajari. Sebaliknya, belajar konsep tidak
mungkin tanpa keterampilan proses pada siswa.
Proses
belajar siswa tidak dapat dipisahkan dengan cara mengajar guru. Keberhasilan
pencapaian tujuan pendidikan bergantung pada proses belajar mengajar yang dirancang
dan dijalankan dengan baik.
Menurut
Nana Sudjana, mengajar pada hakikatnya
adalah suatu proses yaitu proses mengatur, mengorganisasi lingkungan yang ada
disekitar siswa, sehingga dapat menumbuhkan dan mendorong siswa melakukan
proses belajar. Pada tahap berikutnya adalah proses memberikan bimbingan dan
bantuan kepada siswa dalam melakukan proses belajar.
Pupuh
Fathurrohman menyebutkan bahwa perubahan perilaku pada siswa dalam konteks
pengajaran merupakan produk dan usaha guru melalui kegiatan belajar mengajar.
Guru melakukan aktifitas untuk membimbing siswa memperoleh perubahan dan
pengembangan skill (keterampilan), attitude (sikap), appreciation (penghargaan) dan knowledge
(pengetahuan).
Slameto
mengungkapkan terdapat beberapa prinsip mengajar yang perlu diperhatikan, yakni
perhatian, aktivitas (kegiatan guru melahirkan aktivitas belajar siswa),
apersepsi (menghubungkan pengetahuan siswa), peragaan, repetisi (pengulangan
materi), korelasi (mengkaitkan isi pelajaran), konsentrasi (fokus materi),
sosialisasi (watak berteman), individualisai (penerimaan diri siswa) dan
evaluasi untuk umpan balik.
Batasan
belajar mengajar menurut Mansyur mempunyai empat dasar strategi, yaitu :
1.
Mengidentifikasi serta menetapkan
tingkahlaku dan kepribadian siswa sebagaimana yang diharapkan sesuai tuntutan
dan perubahan zaman.
2.
Mempertimbangkan dan memilah
sistem belajar mengajar yang tepat untuk mencapai sasaran yang akurat
3.
Memilih dan menetapkan prosedur,
metode dan tehnik belajar mengajar yang dianggap paling tepat dan efektif
sehingga dapat dijadikan pegangan guru dalam menunaikan kegiatan mengajar.
4.
Menetapkan norma-norma dan batas
minimal keberhasilan atau kriteria standar keberhasilan sehingga dapat
dijadikan pedoman oleh guru dalam melakukan evaluasi hasil kegiatan belajar
mengajar. Selanjutnya dijadikan umpan balik untuk penyempurnaan sistem
instruksional yang bersangkutan secara keseluruhan.
Proses
belajar mengajar yang sedang dikembangkan adalah model Cooperatif Learning. Siswa
bersama-sama dalam suatu kelompok dengan jumlah anggota tertentu bekerjasama
dalam menyelesaikan tugas yang diberikan guru. Beberapa model Cooperatif Learning yang sesuai dengan
pembelajaran matematika diantaranya :
1.
Student
Teams Achievement Divisions (STAD), dengan cara siswa dikelompokkan secara
heterogen. Guru menyajikan pelajaran, kemudian memberi tugas kepada kelompok
untuk dikerjakan. Guru memberi kuis/pertanyaan kepada siswa, dan siswa menjawab
tanpa bantuan yang lain. Setelah itu
diadakan evaluasi untuk bersama-sama menarik kesimpulan.
2.
Jigsaw ( Model Tim
Ahli ), dengan langkah pertama siswa dikelompokkan kedalam tim yang beranggotakan
4 orang. Kemudian tiap anggota tim diberi materi yang berbeda. Tiap anggota
diberi materi yang ditugaskan. Anggota dari tim berbeda dengan materi sama
dikelompokkan (kelompok ahli) untuk diskusi. Kelompok ahli kembali ke kelompok
asal dan mengajari teman satu timnya. Tiap tim ahli mempresentasikan hasil
diskusi. Guru dan siswa bersama-sama mengevaluasi materi yang telah dibahas.
3.
Team
Game Tournament (TGT),
yaitu siswa dikelompokkan secara heterogen sebelum guru menyajikan pelajaran. Guru
memberi tugas kepada kelompok, kemudian setiap kelompok mewakilkan anggotanya
untuk berkompetisi. Wakil kelompok kembali ke kelompok asal dan mendapat penghargaan
dari kelompoknya.
Pengelolaan
kelas dengan model Cooperatif Learning
tersebut diharapkan dapat menciptakan karakter kelas yang memiliki 3 hal :
1.
Speed, artinya siswa
dapat belajar dalam percepatan dan progress sehingga waktu yang digunakan
relatif singkat.
2.
Simple, artinya
organisasi kelas dan materi menjadi sederhana, mudah dicerna dan situasi
kondusif.
3.
Self-confidence, artinya siswa
dapat belajar dengan penuh rasa percaya diri atau menganggap dirinya mampu
mengikuti pelajaran dan belajar berprestasi.
Penampilan-penampilan yang dapat diamati
sebagai hasil belajar oleh Gagne
dikelompokkan menjadi :
1.
Keterampilan intelektual, yaitu
kemampuan siswa dalam memecahkan masalah dengan menggunakan simbol-simbol atau
gagasan-gagasan. Keterampilan intelektual merupakan penampilan yang
ditunjukkan oleh siswa tentang operasi intelektual yang dapat dilakukannya
2.
Penggunaan strategi kognitif,
yaitu siswa menunjukkan penampilan yang kompleks dalam situasi baru. Siswa diberikan sedikit bimbingan dalam
memilih dan menerapkan aturan dan konsep yang telah dipelajari sebelumnya.
3.
Sikap yang dapat ditunjukkan oleh
perilaku yang mencerminkan pilihan tindakan terhadap kegiatan-kegiatan siswa.
4.
Informasi verbal atau pengetahuan
verbal yang diperoleh dari hasil belajar di sekolah dan dari proses interaksi
dengan orang lain.
5.
Keterampilan motorik yang mencakup kegiatan fisik dengan keterampilan
intelektual, seperti membaca, menulis, menggunakan alat peraga, dsb.
B.
Kurikulum
Matematika
Ebbutt
dan Straker mendefinisikan matematika sebagai berikut :
a.
Matematika sebagai kegiatan
penelusuran pola dan hubungan.
Implikasinya
adalah guru perlu : (1) memberi kesempatan siswa melakukan kegiatan penemuan
dan penyelidikan pola-pola untuk menentukan hubungan, (2) memberi kesempatan
siswa melakukan percobaan dengan berbagai cara, (3) mendorong siswa menemukan
adanya urutan, perbedaan, perbandingan, pengelompokan, dsb, (4) mendorong siswa
menarik kesimpulan umum, (5) membantu siswa memahami dan menemukan hubungan
antara pengertian satu dengan lainnya
b.
Matematika sebagai kreatifitas
yang memerlukan imajinasi, intuisi dan penemuan.
Implikasinya
adalah guru perlu : (1) mendorong inisiatif siswa dan memberikan kesempatan
berpikir berbeda, (2) mendorong rasa ingin tahu, keinginan bertanya, kemampuan
menyanggah dan memperkirakan, (3) menghargai penemuan yang diluar perkiraan
sebagai hal bermanfaat daripada menganggapnya sebagai kesalahan, (4) mendorong
siswa menemukan struktur dan disain matematika, (5) mendorong siswa menghargai
penemuan siswa yang lainnya, (6) mendorong siswa berpikir refleksif, (7) tidak
menyarankan hanya menggunakan satu metode saja
c.
Matematika sebagai kegiatan
pemecahan masalah (problem solving).
Implikasinya
adalah guru perlu: (1) menyediakan lingkungan belajar matematika yang
merangsang timbulnya persoalan matematika, (2) membantu siswa memecahkan
persoalan matematika menggunakan caranya sendiri, (3) membantu siswa mengetahui
informasi yang diperlukan untuk memecahkan persoalan matematika, (4) mendorong siswa untuk berpikir
logis, konsisten, sistematis dan mengembangkan sistem dokumentasi/catatan, (5)
mengembangkan kemampuan dan keterampilan untuk memecahkan persoalan, (6)
membantu siswa mengetahui bagaimana dan kapan menggunakan alat peraga/media
pendidikan seperti jangka, penggaris, kalkulator,dsb.
d.
Matematika sebagai alat
berkomunikasi.
Implikasinya
adalah guru perlu : (1) mendorong siswa mengenal sifat-sifat matematika, (2)
mendorong siswa membuat contoh sifat matematika, (3) mendorong siswa
menjelaskan sifat matematika, (4) mendorong siswa memberikan alasan perlunya
kegiatan matematika, (5) mendorong siswa membicarakan persoalan matematika, (6)
mendorong siswa membaca dan menulis matematika, (7) menghargai bahasa ibu siswa
dalam membicarakan matematika.
Materi
pembelajaran matematika menurut Ebbutt dan Straker meliputi:
1.
Fakta (facts) mencakup informasi, nama, istilah dan konvensi tentang
lambang-lambang.
2.
Pengertian (concepts) mencakup struktur pengertian, peranan struktur
pengertian, berbagai macam pola, urutan , model matematika, operasi dan
algoritma.
3.
Keterampilan penalaran mencakup memahami pengertian,
berfikir logis, memahami contoh negatif, berpikir deduksi, berpikir induksi,
berpikir sistematis dan konsisten, menarik kesimpulan, menentukan metode dan
membuat alasan dan menentukan strategi
4.
Keterampilan algoritmik mencakup keterampilan
untuk memahami dan mengikuti langkah yang dibuat orang lain, merancang dan
membuat langkah, menggunakan langkah,
mendefinisikan dan menjelaskan langkah sehingga dapat dipahami orang lain,
membandingkan dan memilih langkah yang efektif dan efisien serta memperbaiki
langkah.
5.
Keterampilan menyelesaikan
masalah matematika (problem solving)
mencakup memahami pokok persoalan, mendiskusikan alternatif pemecahannya,
memecah persoalan utama menjadi bagian-bagian kecil, menyederhanakan persoalan, menggunakan
pengalaman masa lampau dan menggunakan intuisi untuk menemukan alternatif
pemecahannya, mencoba berbagai cara, bekerja secara sistematis, mencatat apa
yang terjadi, mengecek hasilnya dengan mengulang kembali langkah-langkahnya dan
mencoba memahami dan menyelesaikan persoalan lain.
6.
Keterampilan melakukan
penyelidikan (investigation),
mencakup mengajukan pertanyaan dan mencari bagaimana cara memperoleh
jawabannya, membuat dan menguji hipotesis, mencari dan menentukan informasi
yang cocok dan memberi penjelasan
mengapa suatu informasi diperlukan, mengumpulkan, mengelompokkan, menyusun,
mengurutkan dan membandingkan serta mengolah informasi secara sistematis,
mencoba metode alternatif, mengenali pola dan hubungan dan menyimpulkan.
Materi pembelajaran
menurut KTSP kelas VIII meliputi Faktorisasi Aljabar,
Fungsi, Persamaan Garis Lurus, Persamaan Linear Dua Variabel (PLDV), Teorema
Pythagoras, Lingkaran, Bangun Ruang Sisi Tegak. Materi Teorema Pythagoras
dialokasikan untuk semester 1, sebelum membahas lingkaran dan bangun ruang di
semester 2.
C.
Karakteristik
Siswa SMP Negeri 1 Tarub
Siswa SMP Negeri 1 Tarub memiliki bermacam-macam
karakter, namun pada umumnya siswa kurang
tekun dalam belajar, masih tergantung pada siswa pandai, belum bertanggung
jawab terhadap tugas yang diberikan, tidak percaya diri dan kurang teliti dalam
mengerjakan soal-soal penghitungan.
Kesadaran
siswa akan tanggung jawab dan kejujuran dalam mengerjakan tugas yang
diberikan sangat kurang, sehingga harus
selalu dibimbing dan dibina oleh guru. Motivasi belajar juga dibutuhkan karena
perhatian dan kepedulian dari orang tua pada pendidikan siswa masih rendah.
D.
Pendidikan
Karakter
Model
belajar STAD yang digunakan pada pembelajaran konsep Teorema Pythagoras
dimaksudkan agar siswa mempunyai karakter teliti, disiplin, jujur, tanggung
jawab dan percaya diri dalam mengerjakan tugas serta teliti dalam melakukan
penghitungan. Karakter-karakter tersebut dapat diidentifikasikan sebagai
berikut :
1.
Teliti yaitu berpikir dan
melakukan segala sesuatu sesuai ketentuan secara cermat. Indikator dalam
pembelajaran adalah mengerjakan tugas dengan tepat dan akurat.
2.
Disiplin yaitu tindakan yang
menunjukkan perilaku tertib dan patuh pada berbagai ketentuan dan peraturan.
Indikator dalam pembelajaran adalah memanfaatkan waktu dengan sebaik-baiknya,
mendiskusikan permasalahan dengan kelompoknya,dan mengerjakan tugas tepat
waktu.
3.
Jujur yaitu perilaku yang
didasarkan pada upaya menjadikan dirinya sebagai orang yang selalu dipercaya
dalam perkataan, tindakan dan pekerjaan baik terhadap diri dan pihak lain.
Indikator dalam pembelajaran adalah tidak menyontek dalam mengerjakan tugas,
menyatakan sikap terhadap materi diskusi kelompok, mengemukakan pendapat tanpa
ragu tentang pokok diskusi dan menyelesaikan masalah sesuai dengan kemampuan
sendiri.
4.
Tanggungjawab yaitu sikap dan
perilaku seseorang untuk melaksanakn kewajibannya sebagaimana yang seharusnya
dia lakukan terhadap diri sendiri, masyarakat dan lingkungan. Indikator dalam
pembelajaran adalah menyelesaikan semua tugas yang diberikan, membantu orang
lain/teman yang membutuhkan, dan mampu menyelesaikan masalahnya.
5.
Percaya diri yaitu sikap yakin
akan kemampuan diri sendiri terhadap pemenuhan tercapainya setiap keinginan dan
harapannya. Indikator dalam pembelajaran adalah menguasai materi prasyarat,
memiliki keyakinan dapat menyelesaikan masalah, menunjukkan keberanian
menyampaikan pendapat atau menjawab pertanyaan, dan tidak menunjukkan
keragu-raguan dalam melakukan sesuatu.
E.
Student
Teams Achievement Divisions (STAD)
Tahap
pertama penerapan model pembelajaran STAD adalah mengelompokkan siswa secara
heterogen. Setiap kelompok berisi 4 siswa yang mempunyai kemampuan berbeda. Hal
ini dimaksudkan agar siswa yang lebih paham materi pelajaran dapat mengajarkan atau
membimbing anggota kelompoknya.
Tahap
kedua adalah pemberian tugas kelompok setelah guru menerangkan materi
pelajaran. Setiap anggota kelompok memiliki konstribusi bagi keberhasilan
kelompok. Kesadaran siswa dalam kelompok bahwa mereka bertanggung jawab
terhadap proses belajar mereka sendiri dan kelompok akan tumbuh. Siswa
mengerjakan tugas secara bersama-sama. Siswa saling membantu, berbagi
kemampuan, memberikan dorongan/motivasi serta menghargai upaya anggotanya.
Semua siswa dalam kelompok harus memahami dan mengerjakan soal dengan benar dan
teliti.
Tahap
ketiga adalah guru memberikan pertanyaan secara acak kepada siswa tentang jawaban
soal kelompok tanpa dibantu siswa lain. Kemampuan individual dan kejujuran
siswa tercermin dalam hal ini. Ketergantungan
terhadap siswa yang lebih pandai berkurang. Rasa percaya diri siswa akan tumbuh
bila soal dapat dijawab dengan benar.
Tahap
keempat adalah evaluasi. Kerjasama siswa patut diapresiasi dan dimotivasi agar
siswa dapat berinteraksi lebih baik lagi. Guru dapat memberikan penghargaan dan
hadiah/reward pada siswa maupun kelompok yang berhasil. Evaluasi proses
kelompok yang dilakukan terus menerus akan membuat kelompok semakin efektif.
Perbaikan dapat direncanakan agar tujuan pembelajaran dapat tercapai maksimal.
Tahap
kelima adalah kesimpulan. Guru dan siswa bersama-sama menyimpulkan materi dari
soal yang telah dikerjakan. Kesulitan dan hambatan yang ada dapat terungkap dan
dicari pemecahannya bersama.
F.
Standar
Operasional Prosedur
Terdapat enam fase utama
atau tahapan di dalam pelajaran yang menggunakan pembelajaran model STAD,
yaitu :
1) Fase – 1 Menyampaikan tujuan dan memotivasi
siswa
Guru menyampaikan semua tujuan pelajaran yang ingin
dicapai pada pelajaran tersebut dan memotivasi siswa belajar. Karakter yang
diharapkan dari siswa adalah rasa ingin tahu, cerdas dan percaya diri.
2) Fase – 2 Mengorganisasi siswa kedalam
kelompok-kelompok belajar
Guru membentuk siswa kedalam kelompok-kelompok
yang beranggotakan 4 orang dengan kemampuan heterogen.
3) Fase – 3 Menyajikan materi dan memberi soal
kelompok
Guru menjelaskan kepada siswa tentang materi
Teorema Pythagoras dengan prasyarat luas segitiga, luas persegi, kuadrat dan
akar kuadrat. Guru kemudian memberikan soal kepada masing-masing kelompok.
4) Fase – 4 Membimbing
kelompok belajar
Guru membimbing kelompok–kelompok belajar pada saat
mereka mengerjakan tugas agar melakukan transisi secara efisien. Anggota
kelompok yang mampu menjelaskan pada anggota lainnya sampai semaua anggota
kelompoknya mengerti. Karakter yang diharapkanadalah teliti, disiplin, jujur
dan bertanggungjawab.
5) Fase – 5 Evaluasi
Guru mengevaluasi hasil belajar tentang materi yang
telah dipelajari atau masing-masing kelompok mempresentasikan hasil kerjanya. Guru menunjuk
salah satu siswa untuk mengerjakan
didepan tanpa dibantu yang lain.
6) Fase – 6 Memberikan
penghargaan
Guru mencari cara-cara untuk menghargai baik upaya
maupun hasil belajar individu dan kelompok. Karakter yang terbentuk pada siswa
adalah percaya diri.
Fase-fase
pada pembelajaran ini dilaksanakan untuk satu kali tatap muka dengan alokasi
waktu 2 jam pelajaran, atau delapan
puluh menit. Guru memetakan siswa berdasarkan kemampuan individualnya, agar
dapat dikelompokkan secara heterogen.
BAB
III
METODOLOGI
PENELITIAN
A.
Setting
Penelitian
1.
Waktu Penelitian
Penelitian
dilakukan sesuai dengan rencana pengajaran yang dibuat, yaitu 10 jam pelajaran
untuk Kompetensi Dasar 1 dan 10 jam pelajaran untuk Kompetensi Dasar 2. Penelitian
disesuaikan dengan KTSP SMP Negeri 1 Tarub yaitu 6 jam pelajaran dalam 1
minggu. Sehingga penelitian yang membutuhkan waktu 20 jam pelajaran dilakukan
selama 4 minggu. Penelitian dilakukan
pada minggu pertama sampai minggu keempat bulan September 2012.
2.
Tempat Penelitian
Penelitian
tindakan kelas dilakukan sesuai dengan tempat tugas mengajar peneliti, yaitu di
SMP Negeri 1 Tarub Kabupaten Tegal beralamat di Jalan Projosumarto 2 Mindaka
Tarub Tegal. Kelas yang dipilih adalah Kelas VIII A.
B.
Subyek
Penelitian
Subyek
penelitian adalah siswa kelas VIII A SMP Negeri 1 Tarub semester satu Tahun
Pelajaran 2012/2013. Dalam kelas tersebut terdiri dari 18 siswa putra dan 18
siswa putri sehingga jumlah seluruhnya 36 siswa. Kondisi siswa sebelum
penelitian adalah sebagai berikut :
1.
Siswa kurang terampil dalam
melakukan penghitungan
2.
Siswa kurang percaya diri, hal
ini diindikasikan dengan tidak beraninya siswa menjawab pertanyaan guru atau
mengerjakannya didepan walaupun
sebenarnya hasil pekerjaan siswa benar
3.
Siswa kurang teliti, disiplin,
jujur dan bertanggungjawab. Karakter ini tercermin saat siswa mengerjakan soal
latihan yang diberikan oleh guru. Siswa masih mengandalkan bantuan siswa lain
yang dianggap lebih pintar dari dirinya.
C.
Pengumpulan
Data
Pengumpulan
data dilakukan oleh peneliti sebagai guru matematika pada kelas tersebut dengan
dibantu oleh dua orang guru lain sebagai pengamat (observer). Pengamat membantu
peneliti melakukan penilaian pada sikap dan karakter siswa. Pengamat juga
menilai proses pembelajaran dan kinerja guru melalui lembar observasi guru. Penelitian
dilakukan dengan model STAD (Student Teams Achievement Divisions).
Model
penelitian dengan model STAD terdiri atas empat kegiatan yang dilakukan dengan dua
siklus. Empat kegiatan utama pada tiap siklus itu adalah 1) perencanaan, 2)
pelaksanaan tindakan, 3) pengamatan, dan 4) refleksi. Alur penelitian tersebut
dapat digambarkan dalam diagram berikut.

|


|
|
|


|
![]() |
|||||||||
![]() |
|||||||||
![]() |
|||||||||
![]() |
![]() |
||||||||


|
|

|
Model
PembelajaranSTAD yang digunakan dalam penelitian tindakan kelas ini menggunakan
dua siklus dengan prosedur sebagai berikut:
1.
Proses
Penelitian siklus 1
1.1
Perencanaan Tindakan (planning)
Perencanaan
tindakan ini meliputi penyusunan Rencana pelaksanaan pembelajaran (RPP) dan
soal-soal evaluasi yang berkaitan dengan konsep Teorema Pythagoras juga penerapannya
pada segitiga siku-siku. Lembar observasi dan lembar penilaian unjuk kerja
karakter siswa untuk pengamat juga
disiapkan instrumennya.
1.2
Pelaksanaan Tindakan (Action)
Tindakan
dilakukan sesuai dengan skenario yang telah dibuat, yaitu :
Pertemuan Pertama :
1)
Siswa dibagi menjadi beberapa
kelompok yang masing-masing beranggotakan 4 orang dengan kemampuan berbeda
2)
Guru memberi tugas kepada
kelompok untuk dikerjakan oleh anggota kelompok tentang konsep Teorema
Pythagoras. Anggota yang tahu menjelaskan pada anggota lainnya sampai semua
anggota dalam kelompok itu mengerti.
3)
Guru memberi kuis/pertanyaan
kepada siswa dan pada saat menjawab tidak boleh saling membantu
4)
Guru dan siswa mengevaluasi
bersama
5)
Guru mengarahkan siswa menarik
kesimpulan
Pertemuan Kedua
dan Ketiga :
Penelitian
masih menggunakan model yang sama, anggota kelompok tetap. Materi yang dibahas
adalah penerapan Teorema Pythagoras pada segitiga siku-siku yaitu menghitung
panjang sisi bila dua sisi yang lain diketahui panjangnya.
Pertemuan
Keempat dan Kelima :
Dengan
model yang sama dan anggota kelompok tetap, pembahsan materi dilanjutkan pada segitiga
siku-siku istimewa. Yaitu segitiga siku-siku yang memiliki sudut 300,
450 dan 600.
1.3
Pengamatan (Observation)
Pengamatan
pelaksanaan tindakan dilakukan secara kolaburatif dengan teman sejawat
menggunakan lembar observasi. Hasil pengamatan kemudian dievaluasi bersama dan
peneliti mengolah data untuk menentukan tingkat keberhasilan penelitian dengan
tujuan yang hendak dicapai.
1.4
Refleksi (Reflection)
Hasil
observasi teman sejawat dan evaluasinya dianalisa. Guru dan siswa bersama-sama
merefleksikannya untuk menentukan perencanaan dan tindakan berikutnya untuk mencapai hasil yang
lebih baik. Refleksi ini digunakan sebagai dasar untuk pelaksanaan siklus dua.
2.
Proses
Penelitian Siklus 2
Siklus
dua dilakukan dengan beberapa perubahan terutama pada anggota kelompok. Siswa
memilih anggotanya sendiri asalkan dalam
satu kelompok ada siswa yang memiliki kemampuan diatas rata-rata. Ini
dimaksudkan agar siswa merasa nyaman,
lebih mudah berinteraksi dan menyatakan pendapat ataupun menanyakan hal yang
belum dipahaminya dengan anggota kelompoknya.
2.1
Perencanaan Tindakan (Planning)
Perencanaan
tindakan ini meliputi penyusunan Rencana pelaksanaan pembelajaran (RPP) dan
soal-soal evaluasi yang berkaitan dengan konsep Teorema Pythagoras juga
penerapannya pada kehidupan sehari-hari. Lembar observasi dan lembar penilaian
unjuk kerja karakter siswa untuk
pengamat juga disiapkan instrumennya.
2.2
Pelaksanaan Tindakan (Action)
Tindakan
dilakukan seperti pada siklus 1 hanya diadakan perubahan pada anggota
kelompoknya, yaitu :
Pertemuan Pertama :
1)
Siswa dibagi menjadi beberapa
kelompok yang masing-masing beranggotakan 4 orang dengan kemampuan berbeda
2)
Guru menyajikan pelajaran dengan
mengingatkan tentang segitiga siku-siku istimewa
3)
Guru memberi tugas kepada
kelompok untuk dikerjakan oleh anggota kelompok tentang kebalikan Teorema
Pythagoras. Anggota yang tahu menjelaskan pada anggota lainnya sampai semua
anggota dalam kelompok itu mengerti.
4)
Guru memberi kuis/pertanyaan
kepada siswa dan pada saat menjawab tidak boleh saling membantu
5)
Guru dan siswa mengevaluasi
bersama
6)
Guru mengarahkan siswa menarik
kesimpulan
Pertemuan Kedua
dan Ketiga :
Penelitian
masih menggunakan model yang sama, anggota kelompok berbeda. Materi yang
dibahas adalah Tripel Pythagoras pada segitiga siku-siku istimewa
untuk menentukan Tripel Pythagoras.
Pertemuan Keempat dan Kelima :
Dengan
model yang sama dan anggota kelompok berbeda, pembahasan materi dilanjutkan
pada penerapan Teorema Pythagoras pada bangun datar dan kehidupan sehari-hari.
2.3
Pengamatan (Observation)
Pengamatan
pelaksanaan tindakan dilakukan secara kolaburatif dengan teman sejawat
menggunakan lembar observasi. Hasil pengamatan kemudian dievaluasi bersama dan
peneliti mengolah data untuk menentukan tingkat keberhasilan penelitian dengan
tujuan yang hendak dicapai.
2.4
Refleksi (Reflection)
Hasil
observasi teman sejawat dan evaluasinya dianalisa. Guru dan siswa bersama-sama
merefleksikannya untuk menentukan perencanaan dan tindakan berikutnya untuk mencapai hasil yang
lebih baik.
- Data dan cara pengumpulan data
1.
Sumber data
Dalam
penelitian ini sumber datanya adalah siswa dan guru yang bersangkutan.
2.
Jenis data
Jenis data dalam penelitian ini adalah kuantitatif dan kualitatif yang terdiri dari
:
a. Lembar pengamatan observasi
b.
Hasil lembar kerja siswa
c.
Hasil unjuk kerja (berupa
karakter yang diamati)
3. Cara mengumpulkan data
a. Data hasil belajar siswa diambil dari hasil pengerjaan
soal latihan.
b.
Data tentang proses pembelajaran pada saat dilaksanakannya tindakan
diambil dengan lembar observasi guru dan data tentang
karakter siswa dari penilaian unjuk kerja siswa.
c.
Data tentang refleksi serta perubahan-perubahan yang terjadi dikelas
diambil dari hasil pengamatan hasil evaluasi dan diskusi antara pengamat dan peneliti.
E.
Pengumpulan data penelitian
- Soal latihan Siswa
Soal latihan yang diberikan pada masing-masing
kelompok digunakan untuk mengukur keterampilan,
pengetahuan intelegensi, kemampuan atau bakat yang dimiliki oleh individu atau
kelompok. Pada saat anggota mengerjakan soal dapat dilihat dan dinilai karakter
yang hendak diteliti yaitu teliti, disiplin, jujur, bertanggungjawab dan
percaya diri.
b)
Lembar unjuk kerja siswa
Berupa
lembar hasil unjuk kerja siswa yang berisi tentang karakter yang teramati saat
siswa mengerjakan soal latihan baik secara kelompok maupun pada saat ditunjuk
oleh guru untuk mengerjakannya didepan kelas tanpa bantuan siswa lain. Untuk mendapatkan data
sikap siswa terhadap pembelajaran kooperatif dengan model STAD digunakan angket
dengan memilih atau memberi tanda cek lis (√) pada kolom yang sesuai pilihan
oleh pengamat. ( Terlampir )
c) Lembar observasi
Berupa lembar penilaian pengamat terhadap pelaksanaan pembelajaran
yang dilakukan oleh guru/peneliti. Lembar ini berisi langkah-langkah
pembelajaran dengan kisaran nilai tertentu yang akan diakumulasikan setelah
pembelajaran berakhir.
d) Dokumentasi
Dokumentasi berupa fotodiperlukan sebagai bukti pendukung bahwa
pembelajaran dengan model STAD memang dilakukan oleh peneliti dan bukan
rekayasa.
F.
Analisis data
Analisis
data dilakukan secara spontan dan terencana, menggunakan Triangulasi Data.
Analisis data secara spontan ini dilakukan segera setelah penerapan dilakukan.
Hal ini dilakukan untuk mendapatkan hasil analisis yang relatif akurat untuk dapat
mengambil keputusan tindak lanjut.
a)
Soal Latihan Siswa
Digunakan
untuk memperoleh data tentang pengetahuan prasyarat siswa sebelum pembelajaran . Tingkat penguasaan konsep dihitung dengan
rumus :
Tingkat
penguasaan konsep =
x 100%

Dengan
prosentase keberhasilan ≥ 85%, untuk nilai rata-rata lebih dari 68 sesuai KKM untuk rentang nilai ideal 100.
b)
Unjuk Kerja Siswa
Digunakan
untuk mengumpulkan informasi tentang sikap siswa terhadap pembelajaran kooperatif
dengan model STAD dalam kelompok. Adapun kriteria penilaian untuk sikap
siswa terhadap pembelajaran kooperatif dengan model STAD terbagi dalam 5 skala yaitu sempurna, sangat
baik, baik, cukup, kurang dan nilai yang diperoleh berdasarkan :
Nilai (n) = 

Kriteria penilaian :
Prosentase 90 – 100 = Sempurna
80 – 89 = Sangat Baik
70 – 79 = Baik
60 – 69 = Cukup
< 60 = Kurang
dengan prosentase
keberhasilan diatas 60 %
c)
Lembar Observasi
Digunakan
untuk mengumpulkan informasi tentang
situasi dan peristiwa proses pembelajaran matematika di kelas. Adapun yang
diamati dalam proses belajar mengajar
memfokuskan pada kinerja guru. Sistem penilaian
terhadap kinerja guru berdasarkan rumus
:
Nilai (n) = 

dengan prosentase
keberhasilan 85 %
G.
Indikator
keberhasilan
Untuk
mengetahui meningkatnya hasil belajar siswa, dan aktivitas siswa dalam
penerapan model pembelajaran kooperatif dengan model STAD pada Standar
Kompetensi Menggunakan Teorema Pythagoras dalam Pemecahan Masalah, maka
ditetapkan indikator keberhasilan
sebagai berikut :
1.
Seorang siswa disebut telah
tuntas belajar bila telah mencapai skor 68% atau nilai ³ 68. Keberhasilan
indikator ditandai bila 85% siswa memperoleh nilai ≥ 68.
2.
Meningkatnya kerjasama dan
komunikasi dengan teman dalam kelompoknya, yang dilihat dari lembar unjuk kerja dengan prosentase keberhasilan 60%.
3.
Meningkatnya kinerja guru yang
dilihat dari lembar observasi guru tentang kegiatan pada saat pembelajaran
dengan prosentase keberhasilan 85%.
BAB IV
HASIL
PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
A. Deskripsi Siklus 1
Penelitian Tindakan Kelas (PTK)
dilakukan dalam dua siklus karena hanya ada dua Kompetensi Dasar pada
pembelajaran Teorema Pythagoras. Pada siklus 1 dilaksanakan penelitian sebagai
berikut :
1.
Perencanaan Tindakan
Sebelum
penelitian dilakukan, peneliti melakukan serangkaian kegiatan, yaitu
mengidentifikasi masalah, menganalisanya dan merumuskan pemecahannya dengan
mengacu pada teori-teori pembelajaran yang relevan.
Perencanaan
pembelajaran Teorema Pythagoras dimulai dengan membuat Rencana Pelaksanaan
Pembelajaran (RPP). Kemudian dibuat skenario pelaksanaannya, mempersiapkan lembar soal latihan, lembar
penilaian unjuk kerja siswa dan lembar observasi penilaian.
2.
Pelaksanaan Tindakan
Pelaksanaan
penelitian dilakukan mulai minggu pertama tepatnya hari Selasa, tanggal 4 September 2012. Siklus 1 direncanakan untuk
lima kali pertemuan, sehingga pelaksanaannya sampai minggu ke dua. Pelaksanaan penilaian diambil pada akhir
siklus 1 yaitu hari sabtu tanggal 15 September 2012. Pembelajaran dengan
menggunakan model STAD merupakan hal yang baru bagi siswa sehingga guru perlu
menjelaskan terlebih dahulu skenario pembelajarannya. Guru mengingatkan tentang
materi prasyarat Teorema Pythagoras sebelum membentuk kelompok. Siswa dibagi
dalam beberapa kelompok yang masing-masing beranggotakan 4 orang dengan
kemampuan heterogen.
Pada
siklus pertama, terlihat siswa masih
canggung dengan anggota kelompoknya. Hal ini dibuktikan dengan hasil unjuk kerja siswa dan hasil pengerjaan
soal latihan.
3.
Pengamatan (Observasi)
Pembelajaran
dengan menggunakan model STAD berjalan lancar sesuai dengan skenario yang telah
direncanakan. Siswa terlihat antusias dan bekerjasama dengan baik dalam
kelompoknya. Pada akhir siklus pertama
diadakan penilaian dan pengamatan yang tertuang dalam tabel berikut :
Tabel
4.1. Hasil pengerjaan soal latihan
NO
|
Perolehan Nilai Siswa
|
Keterangan
|
1
|
Nilai
Tertinggi
|
100
|
2
|
Nilai Terendah
|
30
|
3
|
Rata-Rata
|
64,60
|
4
|
Nilai Dibawah
68
|
48,51%
|
5
|
Nilai Diatas
68
|
51,43%
|
Pada
tabel diatas terlihat bahwa nilai rata-rata siswa masih dibawah 68 dan siswa yang memperoleh nilai diatas 68
belum mencapai 85%. Hal ini menandakan bahwa siswa belum menguasai materi Teorema
Pythagoras. Siswa juga belum terampil dalam melakukan penghitungan.
Tabel
4.2 Hasil Unjuk Kerja Siswa
NO
|
Karakter Yang
Diamati
|
Prosentase
Pengamat 1 (dalam %)
|
Prosentase
Pengamat 2 (dalam %)
|
Prosentase
Pengamat 3 (dalam %)
|
Prosentase
Rata-rata (dalam %)
|
Kriteria
Penilaian
|
1
|
Teliti
|
29
|
31
|
66
|
42
|
Kurang
|
2
|
Disiplin
|
51
|
51
|
60
|
54
|
Kurang
|
3
|
Jujur
|
60
|
54
|
77
|
64
|
Cukup
|
4
|
Tanggung jawab
|
77
|
60
|
60
|
66
|
Cukup
|
5
|
Percaya diri
|
20
|
31
|
37
|
29
|
Kurang
|
Pada
tabel 4.2 terlihat bahwa untuk karakter teliti, disiplin dan percaya diri
siswa kurang karena masih dibawah 60%.
Bahkan rasa percaya diri siswa sangat
mengkhawatirkan, dibawah 30%. Siswa tidak berani mengerjakan soal didepan kelas bila tidak ditunjuk oleh guru. Siswa
takut untuk menjawab pertanyaan yang dilontarkan oleh guru walaupun sebenarnya
mampu. Karakter jujur dan tanggungjawab meskipun prosentasenya masih lebih baik
daripada karakter lainnya yaitu diatas 60%, namun baru berkriteria cukup
Mengacu pada analisa data bahwa prosentase keberhasilan adalah diatas 60% maka
karakter jujur dan tanggungjawab ternyata berhasil ditanamkan pada siswa.
Tabel
4.3 Penilaian kinerja ( lembar Observasi Guru)
NO
|
Kategori
|
Skor Pengamat 1
|
Skor Pengamat 2
|
Jumlah
|
Rata-rata
|
1
|
Sangat tidak
baik
|
-
|
-
|
|
|
2
|
Tidak baik
|
-
|
-
|
|
|
3
|
Kurang baik
|
-
|
-
|
|
|
4
|
Baik
|
96
|
40
|
136
|
|
5
|
Sangat baik
|
-
|
70
|
70
|
|
Jumlah skor
|
96
|
110
|
206
|
103
|
|
Prosentase
|
80 %
|
91,67%
|
|
85,83%
|
Tabel
4.3 menunjukkan sedikit perbedaaan penilaian dari dua orang pengamat dalam
proses pembelajaran. Dari prosentase rata-rata terlihat bahwa guru telah
berhasil menerapkan situasi dan kondisi yang kondusif sesuai dengan yang
diharapakan. Kinerja guru dianggap berhasil bila prosentasenya diatas 85%.
Pembelajaran
menjadi menyenangkan. Siswa aktif dan bekerjasama dengan kelompoknya.
Masing-masing berusaha untuk mengerjakan soal dan berdiskusi bila mengalami
kesulitan. Siswa saling membantu antar anggota kelompok, meskipun ternyata
hasilnya belum seperti yang diharapkan.
4.
Refleksi
Setelah melakukan pengamatan terhadap
proses belajar mengajar pada siklus pertama, peneliti bersama pengamat
melakukan evaluasi. Hasil pekerjaan siswa yang menunjukkan bahwa 48,51% siswa
masih belum mencapai ketuntasan minimal serta karakter teliti, disiplin dan
percaya diri berkategori kurang, dibutuhkan strategi berbeda untuk merubahnya.
Diskusi antara peneliti dan pengamat
menyimpulkan siswa masih kikuk dan canggung dengan teman sekelompoknya sehingga segan untuk selalu meminta bantuan bila mengalami
kesulitan. Siswa dalam kelompok yang sama memiliki hasil pekerjaan yang
berbeda. Siswa saling membantu hanya di nomor-nomor tertentu, tetapi terlihat
siswa sangat antusias dan berusaha mengerjakan soal dengan sebaik-baiknya.
Evaluasi yang telah dilakukan menyimpulkan
bahwa siswa tidak dapat sepenuhnya bekerjasama dengan kelompok yang dibentuk
oleh guru, tetapi siswa tertarik dan bersemangat dengan model pembelajaran
STAD. Kesimpulan ini digunakan untuk memperbaiki pembelajaran STAD pada siklus
berikutnya.
B.
Deskripsi
Siklus 2
Setelah
menyelesaikan siklus 1, peneliti mulai merencanakan untuk melaksanakan siklus 2
dengan sedikit perubahan yang diharapkan dapat mengoptimalkan kemampuan siswa
sehingga tercapai hasil pembelajaran yang maksimal. Siklus 2 dimulai dengan
tahapan-tahapan sebagai berikut :
1.
Perencanaan Tindakan
Perencanaan
tindakan dimulai dengan membuat skenario pembelajaran yang tertuang dalam RPP.
Pembelajaran masih menggunakan model STAD namun untuk anggota kelompok siswa
diperbolehkan untuk memilih sendiri anggotanya. Diharapkan siswa tidak canggung
dan segan lagi bekerjasama dan saling membantu
antar anggota kelompoknya. Ini sesuai dengan analisa peneliti dan pengamat
pada evaluasi siklus 1.
Langkah
selanjutnya adalah mempersiapkan lembar soal, lembar penilaian unjuk kerja
siswa dan lembar observasi guru. Peneliti masih dibantu oleh pengamat yang sama seperti pada siklus 1. Tujuannya
adalah agar ada konsistensi penilaian sehingga dapat diidentifikasi apakah
tujuan penelitian tercapai atau tidak.
2.
Pelaksanaan Tindakan
Siklus 2 dimulai pada minggu ketiga,
tepatnya hari Senin tanggal 17 September 2012. Siklus ini dilakukan selama lima
kali pertemuan sehingga pelaksanaannya sampai minggu keempat September.
Penilaian untuk penelitian diambil pada akhir siklus 2 yaitu hari Selasa
tanggal 25 September 2012.
Siswa diminta untuk berkelompok, masing-masing terdiri dari empat anggota yang
dipilih sendiri. Siswa terlihat sangat antusias dan gembira. Guru membagikan
soal, siswa diminta mengerjakannya dengan bekerjasama dan saling membantu.
Siswa yang tahu dan dapat mengerjakannya dengan baik diharapkan untuk mengajari
anggotanya yang belum bisa. Sehingga bila ada pertanyaan ataupun diminta
mengerjakan di depan, siswa dapat menjawab dan mengerjakannya dengan benar tanpa dibantu oleh
yang lain.
3.
Pengamatan
Pembelajaran
pada siklus 2 berjalan dengan baik sesuai dengan skenario pada RPP. Siswa
saling membantu pada soal-soal sulit sehingga pada saat guru melontarkan
pertanyaan, siswa tidak ragu lagi untuk mengacungkan tangan berusaha
menjawabnya. Siswa juga berani untuk mengerjakan soal di papan tulis. Hasil
pekerjaan siswa dapat dilihat pada tabel berikut :
Tabel
4.4. Hasil pengerjaan soal latihan
NO
|
Perolehan Nilai Siswa
|
Keterangan
|
1
|
Nilai
Tertinggi
|
100
|
2
|
Nilai Terendah
|
83
|
3
|
Rata-Rata
|
95,32
|
4
|
Nilai Dibawah
68
|
0%
|
5
|
Nilai Diatas
68
|
100%
|
Dari tabel 4.4 dapat dilihat bahwa
ternyata semua siswa memiliki nilai diatas 68. Nilai rata-rata 95,32 melampaui batas ketuntasan nilai yang
dijadikan acuan. Hal ini dapat disimpulkan bahwa kemampuan / keterampilan
menghitung siswa pada penerapan Teorema
Pythagoras mengalami kemajuan yang signifikan.
Tabel
4.5 Hasil Unjuk Kerja Siswa
NO
|
Karakter Yang
Diamati
|
Prosentase
Pengamat 1 (dalam %)
|
Prosentase
Pengamat 2 (dalam %)
|
Prosentase
Pengamat 3 (dalam %)
|
Prosentase
Rata-rata (dalam %)
|
Kriteria
Penilaian
|
1
|
Teliti
|
59
|
65
|
76
|
67
|
Cukup
|
2
|
Disiplin
|
76
|
65
|
71
|
71
|
Baik
|
3
|
Jujur
|
94
|
85
|
100
|
93
|
Sempurna
|
4
|
Tanggung jawab
|
94
|
85
|
79
|
86
|
Sangat Baik
|
5
|
Percaya diri
|
59
|
53
|
74
|
62
|
Cukup
|
Pada tabel 4.5 karakter yang dinilai
pada siswa yaitu teliti dan percaya diri bernilai cukup (diatas 60%) dari
sebelumnya sangat rendah. Disiplin juga mengalami kemajuan yang besar. Karakter
tanggungjawab dimiliki oleh 86% siswa dan jujur mayoritas tertanam dalam diri
siswa.
Tabel
4.6 Penilaian kinerja( lembar Observasi Guru)
NO
|
Kategori
|
Skor Pengamat 1
|
Skor Pengamat 2
|
Jumlah
|
Rata-rata
|
1
|
Sangat tidak
baik
|
-
|
-
|
|
|
2
|
Tidak baik
|
-
|
-
|
|
|
3
|
Kurang baik
|
-
|
-
|
|
|
4
|
Baik
|
68
|
20
|
88
|
|
5
|
Sangat baik
|
35
|
95
|
125
|
|
Jumlah skor
|
103
|
115
|
218
|
109
|
|
Prosentase
|
85 %
|
95,83%
|
|
90,83%
|
Tabel 4.6 menunjukkan bahwa pengelolaan
kelas berlangsung baik dan sesuai dengan skenario. Proses belajar mengajar siklus 2 bernilai 90,83% berada diatas batas
prosentase keberhasilan yang 85%. Kinerja guru sudah baik dan berlangsung
efektif dan efesien.
4.
Refleksi
Hasil pengamatan peneliti dan observer
serta hasil pekerjaan siswa dianalisis bersama. Peneliti dan observer
menyimpulkan pada pokok bahasan Teorema Pythagoras siswa dapat memahaminya
dengan pembelajaran model STAD. Namun siswa lebih nyaman dan maksimal bila
anggota kelompok tidak ditentukan oleh guru melainkan dipilih sendiri oleh
mereka.
C.
Analisis
Data
Berdasarkan hasil penelitian pada siklus
1, model STAD dapat diterapkan untuk proses pembelajaran pokok bahasan Teorema
Pythagoras untuk siswa kelas VIII A di SMP Negeri 1 Tarub. Pada saat
pembelajaran, semua siswa dituntut aktif mengerjakan soal yang diberikan oleh
guru. Siswa diajak untuk menyelesaikan soal bersama kelompoknya dan dapat
meminta bantuan anggotanya bila mengalami kesulitan.
Pengamat berpendapat bahwa siswa gembira
dapat bekerjasama dengan kelompoknya karena masalah yang ada dapat dikerjakan
bersama-sama. Siswa berusaha untuk menyelesaikan tugasnya, menunjukkan bahwa
siswa memiliki rasa tanggungjawab.
Antusiasisme siswa juga terlihat karena dapat berinteraksi dengan teman, tidak
hanya mendengarkan penjelasan materi dari guru. Pembelajaran tidak monoton
sehingga siswa tidak jenuh dan merasa bosan.
Karakter jujur juga tertanam pada siswa,
karena tidak menyontek pekerjaan temannya. Siswa hanya meminta bantuan bila
mengalami kesulitan. Anggota yang lebih tahu mengajari cara mengerjakannya
tanpa memperlihatkan hasil pekerjaan dirinya. Siswa berusaha menyelesaikan
tugas sesuai dengan kemampuan sendiri. Hal ini dibuktikan dengan hasil
pengerjaan soal yang berbeda dalam satu kelompok.
Pengembangan karakter disiplin masih
harus lebih ditingkatkan lagi. Siswa belum dapat mengorganisasikan kelompoknya
dengan baik, terutama saat mendiskusikan masalah yang dihadapi. Kelas sedikit
gaduh, ada anggota kelompok yang ingin selalu mendominasi dan diperhatikan.
Beberapa siswa terkesan mengganggu kelompok lain karena meminjam alat tulis
ataupun sekedar bertanya hal yang tak perlu, seperti menanyakan sudah
mengerjakan sampai nomor berapa.
Siswa sangat tidak percaya diri,
terutama bila diminta untuk menjawab soal dan mengerjakannya di depan kelas.
Siswa tidak berani menyampaikan pendapat dan terkesan takut bila jawaban yang diberikan
salah. Saat berdiskusi menyelesaikan masalah bersama kelompoknya siswa terlihat
ragu-ragu dan tidak yakin dengan jawabannya.
Pengamat memperhatikan, tingkat
ketelitian siswa dalam mengerjakan soal rendah. Siswa sebenarnya mampu
mengerjakan soal yang diberikan, namun tidak cermat dalam penghitungan.
Menentukan sisi miring dalam suatu segitiga tidak dilihat dari letaknya yang
berada di depan sudut siku-siku tetapi melihat gambar yang garisnya miring.
Satuan dalam penghitungan juga tidak dihiraukan, mereka lebih fokus ke angkanya
saja.
Tingkat ketelitian yang rendah
mempengaruhi hasil pengerjaan soal siswa. Nilai yang belum mencapai ketuntasan
68 hampir separuh siswa di kelas. Ada 17
dari 35 siswa yang mengikuti
pembelajaran tidak memenuhi hasil yang diharapkan. Rata-rata nilai baru 64,60
mengindikasikan siswa belum terampil dalam melakukan penghitungan. Hal ini
harus diperbaiki agar siswa dapat mengoptimalkan seluruh kemampuannya dan
mencapai nilai maksimal.
Pengelolaan kelas oleh guru dianggap
sudah baik karena telah mencapai skor rata-rata lebih dari 85%. Pada saat
memulai pembelajaran, guru telah memotivasi siswa dengan mengaitkan materi
pelajaran dengan kehidupan sehari-hari. Guru membagi siswa ke dalam
kelompok-kelompok dengan kemampuan heterogen. Siswa berpartisipasi aktif dalam
pembelajaran dan menumbuhkan keceriaan. Saat melakukan refleksi membuat
rangkuman siswa juga dilibatkan.
Hasil penilaian antara peneliti dan
pengamat siklus 1 menjelaskan bahwa pembelajaran dengan model STAD yang membagi
siswa dalam beberapa kelompok pada penerapan Teorema Pythagoras di kelas VIII A
SMP Negeri 1 Tarub dapat dilakukan dengan baik. Namun keterampilan dan
ketelitian penghitungan siswa masih kurang optimal. Karakter jujur dan
tanggungjawab dapat dikembangkan sedangkan karakter teliti, disiplin dan
percaya diri belum tercapai.
Evaluasi yang dilakukan oleh peneliti
dan pengamat setelah pembelajaran siklus 1 menyimpulkan beberapa hal yang perlu
diperbaiki untuk pembelajaran pada siklus 2. Model pembelajaran STAD tetap diterapkan,
hanya ada perubahan yang harus dilakukan.
Guru sebagai peneliti diharapkan lebih menguasai kelas terutama pada
saat diskusi kelompok. Agar siswa lebih disiplin dan tidak mengganggu kelompok
lain, diterapkan sangsi pengurangan nilai untuk kelompok yang anggotanya
mengganggu. Siswa diberi kebebasan untuk memilih anggota kelompoknya agar lebih
nyaman dalam berinteraksi dan menyelesaikan permasalahan bersama. Guru
memberikan reward nilai untuk siswa yang menjawab pertanyaan dan mengerjakan
soal di depan dengan benar.
Berdasarkan data hasil pembelajaran STAD
pada siklus 2, karakter siswa dapat dikembangkan optimal. Siswa lebih bersemangat
dan ceria mengikuti proses pembelajaran. Masing-masing siswa menyelesaikan
tugas yang diberikan guru. Siswa tidak canggung untuk meminta bantuan anggota
kelompoknya bila mengalami kesulitan walaupun dibanyak nomor. Anggota yang tahu
juga tidak segan untuk menjelaskannya. Rasa tanggungjawab agar semua anggota
kelompoknya paham dan menguasai materi tercermin dalam diskusi yang dilakukan. Ini
menunjukkan bahwa karakter tanggungjawab dapat tumbuh dan berkembang baik pada
siswa.
Kejujuran dalam mengerjakan soal juga
tertanam dalam diri siswa. Siswa yang pada siklus 1 telah menunjukkan
kejujurannya, pada siklus 2 lebih berkembang lagi. Siswa yang mengajari anggota
kelompoknya tidak menunjukkan hasil pekerjaan dirinya. Siswa yang diajari juga
tidak berusaha untuk melihatnya namun berusaha mengerjakan sendiri. Hasil
pekerjaan siswa memperlihatkan tidak semua siswa dalam satu kelompok nilainya
sama. Jadi karakter jujur pada siklus 2 dapat ditanamkan sesuai yang
diharapkan.
Pengembangan karakter disiplin siswa dapat
teramati pada proses pembelajaran. Siswa lebih terkoordinasi dan tertib saat
pembentukan kelompok dan diskusinya. Siswa lebih terbuka dengan anggota
kelompoknya sehingga tidak ada kesan menggurui dan mendominasi. Tidak ada siswa
yang mengganggu kelompok lain karena takut dikurangi nilainya dan disalahkan anggota kelompoknya. Siswa menyelesaikan
pekerjaannya sesuai waktu yang disediakan. Perubahan ini menunjukkan bahwa
kediplinan telah mulai tertanam dalam diri siswa.
Siswa mulai berani menyatakan pendapatnya pada
saat diskusi. Siswa juga bersedia menjawab pertanyaan yang dilontarkan oleh
guru dan menjawabnya di depan. Reward nilai yang dijanjikan guru efektif
membuat siswa berani menjawabnya. Percaya diri siswa mulai tumbuh dan
menunjukkan hasil yang menggembirakan.
Ketelitian siswa dalam mengerjakan soal mulai
ditingkatkan. Guru mengingatkan kembali konsep dasar Teorema Pythagoras dan
cara menentukan sisi miring pada awal proses pembelajaran. Guru juga
mengingatkan tentang satuan pengukuran
pada penghitungan. Hasil pengerjaan soal oleh siswa pada siklus 2 ini
menunjukkan siswa telah terampil melakukan penghitungan pada Teorema
Pythagoras. Tingkat ketelitian penghitungan siswa juga menunjukkan perbaikan
yang signifikan.
Secara keseluruhan proses pembelajaran
pada siklus 1 dan siklus 2 berjalan baik. Guru dapat menguasai kelas dan
melaksanakan pembelajaran sesuai dengan skenario yang direncanakan. Semua siswa
terlibat aktif dan antusias mengikuti
pelajaran. Proses pembelajaran membuat siswa harus berpikir dan bekerjasama
sehingga suasana tidak membosankan.
Berdasarkan hasil pengamatan siklus 1
dan siklus 2 disimpulkan bahwa model STAD yang diterapkan pada siswa kelas VIII
A efektif untuk melatih keterampilan menghitung dan meningkatkan ketelitian
penghitungan materi Teorema Pythagoras. Pembelajaran model STAD juga dapat menanamkan karakter teliti,
disiplin, jujur dan tanggungjawab pada siswa. Kepercayaan diri dapat
ditumbuhkan dan dikembangkan sehingga siswa lebih berani mengungkapkan
pendapatnya dan menjawab pertanyaan guru tanpa rasa takut maupun malu.
BAB V
PENUTUP
A.
Simpulan
Setiap
guru menginginkan agar siswa dapat menguasai materi pelajaran yang diajarkan. Tujuan
penelitian yang pertama yaitu mendeskripsikan pembelajaran dengan model STAD
pada pembahasan Teorema Pythagoras untuk melatih keterampilan menghitung pada
siswa dapat tercapai dengan baik. Hal ini terlihat pada hasil pengerjaan soal
yang dicapai oleh siswa pada siklus 1 dan siklus 2. Pengamat berpendapat siswa
terlihat antusias dengan pembelajaran berkelompok. Pada siklus 1, anggota
kelompok masih ditentukan oleh guru agar kemampuan siswa dalam satu kelompok
heterogen. Kelemahannya, siswa terlihat agak canggung dan segan untuk sering
meminta bantuan anggotanya bila mengalami kesulitan. Hasilnya siswa yang
mencapai nilai ketuntasan hanya 51,43%.
Pada siklus 2, pembelajaran ini berusaha
diperbaiki. Pembelajaran masih menggunakan model STAD, tetapi pada saat
pembentukan kelompok siswa diperbolehkan untuk menentukan anggota kelompoknya
sendiri. Pengamatan menunjukkan bahwa siswa lebih bersemangat dan ceria
mengikuti proses pembelajaran. Siswa tidak canggung untuk meminta bantuan
kelompoknya saat mengalami kesulitan, dan anggota yang tahu tidak segan untuk
menjelaskannya. Siswa lebih nyaman dalam berinteraksi dan menyelesaikan masalah
bersama.Proses pembelajaran ini membuat siswa harus berpikir dan bekerjasama
sehingga suasana tidak membosankan. Hasil yang dicapai sangat signifikan yaitu
siswa 100% mencapai batas nilai ketuntasan.
Tujuan penelitian yang kedua yaitu mengetahui tingkat
keefektifan model STAD untuk meningkatkan ketelitian penghitungan siswa pada
Teorema Pythagoras ternyata cukup efektif. Pada awal pembelajaran guru
mengingatkan kepada siswa tentang konsep Teorema Pythagoras dan materi
prasyaratnya. Model STAD yang menitik beratkan pada kerjasama kelompok membuat
siswa bisa saling mengingatkan anggota kelompoknya saat mengerjakan soal.
Ketelitian siswa pada akhir siklus 2 meningkat, dari 42% menjadi 67%.
Tujuan penelitian yang ketiga yaitu
mengetahui tingkat keefektifan model STAD untuk menumbuhkan karakter pada siswa
juga berhasil baik. Kedisiplinan siswa pada siklus 1 yang rendah dapat
ditingkatkan pada siklus 2. Pada siklus 1, suasana kelas sedikit gaduh karena
beberapa siswa terkesan mengganggu kelompok yang lain. Hal ini diperbaiki pada
siklus 2 yaitu dengan cara memberi sangsi berupa pengurangan nilai pada
kelompok yang mengganggu kelompok lain. Sangsi ini ternyata efektif membuat
kelas lebih tertib dan siswa lebih fokus mengerjakan soal dengan kelompoknya.
Jadi karakter disiplin pada siswa dapat ditumbuhkan dan dikembangkan dengan
baik.
Kejujuran dan tanggungjawab pada siswa
telah dapat ditanamkan mulai dari siklus 1. Karakter ini lebih meningkat lagi
pada siklus 2. Siswa tidak menyontek pekerjaan temannya walaupun satu kelompok.
Siswa bekerjasama bila mengalami kesulitan, anggota yang tahu menjelaskan cara
mengerjakannya tanpa memperlihatkan hasil pekerjaan dirinya. Semua siswa
berusaha menyelesaikan tugas sesuai kemampuannya dan sesuai dengan waktu yang
disediakan. Ini dibuktikan dengan hasil pengerjaan soal yang berbeda dalam satu
kelompok.
Tujuan penelitian yang keempat yaitu
mengetahui keektifan model STAD dalam menumbuhkan rasa percaya diri siswa berjalan
baik. Pada siklus 1, percaya diri siswa sangat rendah. Siswa tidak berani
menjawab soal yang dilontarkan guru maupun mengerjakannya di depan. Siswa tidak
berani menyampaikan pendapat dan terkesan takut bila jawaban yang diberikan
salah. Maka pada siklus 2 hal ini dicoba diperbaiki dengan cara memberikan
reward nilai untuk siswa yang menjawab pertanyaan dan mengerjakan soal di depan
dengan benar. Ternyata cara ini efektif menumbuhkan keberanian pada diri siswa
dan rasa percaya diri mulai tertanam. Hasil pengamatan menunjukkan percaya diri
siswa meningkat dari 29% menjadi 62%.
Dari pemaparan tersebut dapat
disimpulkan bahwa keempat tujuan yang diteliti dapat tercapai dan model STAD
dapat digunakan pada pembelajaran materi Teorema Pythagoras.
B.
Saran
1.
Model pembelajaran STAD hanyalah salah
satu dari bermacam model pembelajaran konstektual yang dapat digunakan pada
pembahasan materi Teorema Pythagoras. Guru dapat menggunakan model pembelajaran lain untuk lebih
mengoptimalkan hasil yang ingin dicapai.
2.
Dalam pengelompokkan walaupun guru telah memetakan kemampuan siswa
agar tercipta kelompok dengan kemampuan heterogen, namun faktor kedekatan
psikologis antar anggota kelompok juga harus dipertimbangkan. Kenyamanan siswa
dalam berinteraksi mempengaruhi kerjasama antar anggota kelompok.
3.
Harus ada keterbukaan antara guru
sebagai peneliti dan pengamat. Kekurangan proses pembelajaran dievaluasi
bersama dan dicari jalan keluarnya untuk perbaikan selanjutnya.
4.
Diharapkan guru selalu mencari inovasi pembelajaran agar siswa tidak jenuh
dalam mengikuti PBM.
DAFTAR PUSTAKA
1.
Hakim Thursan, Belajar Secara Efektif, Puspa Swara,
Jakarta, 2000
2.
M. Sobry Sutikno, Menuju Pendidikan Bermutu, NTP Press,
Mataram, 2004
3.
Pupuh Fathurrahman, Strategi belajar Mengajar, Tunas
Nusantara, Bandung , 2002
4.
Nana Sudjana & Ahmad, Media Pengajaran, Sinar Baru, Bandung,
1991
5.
Ratna Wilis Daher, Teori-teori Belajar dan Pembelajaran,
Erlangga, Bandung, 2006
6.
Depdikbud, Panduan Pengembangan Silabus dan Panduan Pengembangan Rencana
Pelaksanaan Pembelajaran, Depdikbud, 2006
boleh minta file nya bu...hehe..
ReplyDeleteTerima kasih
ReplyDeleteLucky Club - Live Casino site
ReplyDeleteIf you are looking for an online casino that will make you luckyclub.live rich from playing for real money, you are in the right place. Lucky Club is an online gambling site
The most fair casino at St. Louis
ReplyDeleteI know there 부천 출장안마 is a fair and 의정부 출장안마 reliable place to wager. I 제주도 출장안마 have been to the 대구광역 출장샵 St. Louis casino all over 부천 출장마사지 That's why I chose this website as my