Friday, September 27, 2013

makalahseminarptk








PENGGUNAAN MODEL PENGAJARAN STAD UNTUK
MELATIH KETERAMPILAN MENGHITUNG DAN MENANAMKAN KARAKTER





OLEH
UMI CHASANAH, S.Pd
NIP. 19720409 199412 2 001
UPTD SMP NEGERI 1 TARUB












ABSTRAK
Seorang guru harus memiliki tehnik, strategi atau model pembelajaran yang melibatkan seluruh siswa dan sesuai dengan materi yang akan dipelajari. Pemilihan dan pengembangan tehnik ini diharapkan dapat mengoptimalkan kemampuan siswa sehingga prestasi belajar dapat tercapai maksimal. Model pembelajaran STAD yang melibatkan seluruh siswa sebagai subyek dan guru sebagai pendamping atau fasilitator diharapkan mampu untuk menanamkan konsep Teorema Pythagoras secara efektif pada siswa.
Penelitian yang dilaksanakan di Kelas VIII A SMP Negeri 1 Tarub bertujuan untuk mendeskripsikan keefektifan model STAD dalam melatih keterampilan menghitung dan meningkatkan ketelitian penghitungan siswa. Diharapkan pula dengan model STAD ini juga tertanam karakter teliti, disiplin, jujur, bertanggungjawab dan percaya diri pada siswa.
Tehnik yang digunakan dalam pengumpulan data adalah tes dan pengamatan. Tes dilakukan dengan lembar soal yang dikerjakan oleh siswa secara berkelompok dan pengamatan unjuk kerja dilakukan oleh pengamat (observer). Data yang terkumpul dianalisis secara kualitatif dan kuantitatif.
Berdasarkan hasil penelitian, kemampuan menghitung dan ketelitian siswa mengalami peningkatan. Karakter siswa yaitu disiplin dan percaya diri yang pada siklus 1 rendah, pada akhir siklus 2 dapat diperbaiki dan dikembangkan. Karakter  bertanggungjawab menunjukkan perkembangan yang sangat signifikan. Dapat disimpulkan, Model STAD efektif diterapkan untuk melatih keterampilan menghitung dan meningkatkan ketelitian siswa dalam penghitungan pada materi Teorema Pythagoras. Model STAD juga dapat diterapkan untuk menanamkan dan mengembangkan karakter positif pada diri siswa.












I.              Pendahuluan
A.    Latar Belakang
Setiap kegiatan belajar mengajar selalu melibatkan dua pelaku aktif yaitu guru dan siswa. Guru sebagai pengajar merupakan pencipta kondisi belajar siswa yang didesain secara terencana, sistematis dan berkesinambungan. Siswa sebagai subyek pembelajaran merupakan pihak yang menikmati kondisi belajar yang diciptakan oleh guru.
Pembelajaran Matematika yang dilakukan di SMP Negeri 1 Tarub Kabupaten Tegal lebih bersifat konvensional. Artinya guru mendominasi pembelajaran dengan cara menjelaskan materi di depan kelas, dan siswa mendengarkan. Setelah itu siswa diminta untuk mengerjakan soal-soal latihan. Hal ini menjadikan siswa menjadi pasif dan jenuh. Tidak dapat dipungkiri bahwa proses belajar mengajar tersebut dapat menimbulkan kejenuhan bagi guru dan siswa.
Siswa SMP Negeri 1 Tarub sering mengalami  kesulitan dalam memahami konsep Teorema Pythagoras. Materi Teorema Pythagoras merupakan dasar untuk penghitungan luas, keliling maupun unsur-unsur bangun geometri baik geometri datar maupun geometri ruang. Teorema Pythagoras yang hanya berlaku pada segitiga siku-siku sering pula digunakan dalam kehidupan sehari-hari, sehingga sering disebut materi esensial.
Siswa akan lebih memahami konsep Teorema Pythagoras apabila  strategi pembelajaran  melibatkan seluruh siswa dan menuntut siswa untuk selalu aktif. Salah satu model yang sering digunakan adalah model pembelajaran STAD (Student Teams-Achievement Divisions). STAD juga dapat memotivasi dan menghilangkan kejenuhan siswa pada saat proses belajar mengajar.
Penelitian tindakan  kelas yang dilakukan untuk melatih keterampilan menghitung  menggunakan konsep Teorema Pythagoras pada siswa kelas VIII A SMP Negeri 1 Tarub menggunakan model pembelajaran STAD (Student Teams-Achievement Divisions). Pelatihan keterampilan menghitung tersebut  dimaksudkan untuk mendapatkan umpan balik secara lebih sempurna demi tercapainya tujuan pembelajaran yang maksimal.
Model pembelajaran STAD dilakukan dengan membagi siswa dalam beberapa kelompok yang beranggotakan 4 orang dengan kemampuan heterogen. Tiap kelompok diberi soal yang harus dikerjakan semua anggota. Anggota kelompok yang tahu mengajari/menjelaskan pada anggotanya yang lain. Guru secara acak menunjuk siswa untuk mengerjakan di depan kelas dan menjelaskannya tanpa dibantu yang lain.
Dengan metode STAD ini siswa dituntut untuk dapat mengerjakan soal dengan teliti dan percaya diri. Rasa tanggungjawab juga akan tertanam, karena siswa harus dapat menyelesaikan tugas yang diberikan guru. Siswa akan disiplin, selalu siap bila sewaktu-waktu ditunjuk oleh guru untuk menyelesaikan soal di depan kelas.
B.          Permasalahan dan Tujuan
1.      Apakah pembelajaran model STAD untuk konsep Teorema Pythagoras  dapat meningkatkan ketelitian penghitungan   siswa kelas VIIIA SMP Negeri 1 Tarub Tahun Pelajaran 2012/2013?
2.      Apakah pembelajaran dengan model STAD pada pembelajaran Teorema Pythagoras dapat menanamkan karakter Teliti, Disiplin, Percaya Diri dan Tanggung jawab pada siswa kelas VIII A SMP Negeri 1 Tarub Tahun Pelajaran 2012/2013?
Tujuan penelitian ini adalah :
1.    Mengetahui tingkat keefektifan  model STAD untuk meningkatkan ketelitian penghitungan siswa pada Teorema Pythagoras.
2.    Mengetahui tingkat keefektifan model STAD untuk menumbuhkan karakter teliti, disiplin, jujur dan tanggung jawab pada siswa.

II.      Kajian Teori
Pupuh Fathurrohman menyebutkan bahwa perubahan perilaku pada siswa dalam konteks pengajaran merupakan produk dan usaha guru melalui kegiatan belajar mengajar. Guru melakukan aktifitas untuk membimbing siswa memperoleh perubahan dan pengembangan skill (keterampilan), attitude (sikap), appreciation (penghargaan) dan knowledge (pengetahuan).
Batasan belajar mengajar menurut Mansyur mempunyai empat dasar strategi, yaitu :
1.    Mengidentifikasi serta menetapkan tingkahlaku dan kepribadian siswa sebagaimana yang diharapkan sesuai tuntutan dan perubahan zaman.
2.    Mempertimbangkan dan memilah sistem belajar mengajar yang tepat untuk mencapai sasaran yang akurat
3.    Memilih dan menetapkan prosedur, metode dan tehnik belajar mengajar yang dianggap paling tepat dan efektif sehingga dapat dijadikan pegangan guru dalam menunaikan kegiatan mengajar.
4.    Menetapkan norma-norma dan batas minimal keberhasilan atau kriteria standar keberhasilan sehingga dapat dijadikan pedoman oleh guru dalam melakukan evaluasi hasil kegiatan belajar mengajar. Selanjutnya dijadikan umpan balik untuk penyempurnaan sistem instruksional yang bersangkutan secara keseluruhan.
Proses belajar mengajar yang sedang dikembangkan adalah model Cooperatif Learning.  Siswa bersama-sama dalam suatu kelompok dengan jumlah anggota tertentu bekerjasama dalam menyelesaikan tugas yang diberikan guru. Model Cooperatif Learning yang sesuai dengan pembelajaran matematika salah satunya adalah STAD. Student Teams Achievement Divisions (STAD), adalah proses pembelajaran dengan cara siswa dikelompokkan secara heterogen. Guru menyajikan pelajaran, kemudian memberi tugas kepada kelompok untuk dikerjakan. Guru memberi kuis/pertanyaan kepada siswa, dan siswa menjawab tanpa bantuan yang lain. Setelah  itu diadakan evaluasi untuk bersama-sama menarik kesimpulan.
Model belajar STAD yang digunakan pada pembelajaran konsep Teorema Pythagoras dimaksudkan agar siswa mempunyai karakter teliti, disiplin, tanggung jawab dan percaya diri dalam mengerjakan tugas serta teliti dalam melakukan penghitungan. Karakter-karakter tersebut dapat diidentifikasikan sebagai berikut :
1.      Teliti yaitu berpikir dan melakukan segala sesuatu sesuai ketentuan secara cermat. Indikator dalam pembelajaran adalah mengerjakan tugas dengan tepat dan akurat.
2.      Disiplin yaitu tindakan yang menunjukkan perilaku tertib dan patuh pada berbagai ketentuan dan peraturan. Indikator dalam pembelajaran adalah memanfaatkan waktu dengan sebaik-baiknya, mendiskusikan permasalahan dengan kelompoknya dan mengerjakan tugas tepat waktu.
3.      Tanggungjawab yaitu sikap dan perilaku seseorang untuk melaksanakan kewajibannya sebagaimana yang seharusnya dia lakukan terhadap diri sendiri, masyarakat dan lingkungan. Indikator dalam pembelajaran adalah menyelesaikan semua tugas yang diberikan, membantu orang lain/teman yang membutuhkan, dan mampu menyelesaikan masalahnya.
4.         Percaya diri yaitu sikap yakin akan kemampuan diri sendiri terhadap pemenuhan tercapainya setiap keinginan dan harapannya. Indikator dalam pembelajaran adalah menguasai materi prasyarat, memiliki keyakinan dapat menyelesaikan masalah, menunjukkan keberanian menyampaikan pendapat atau menjawab pertanyaan, dan tidak menunjukkan keragu-raguan dalam melakukan sesuatu.

III.   Metodologi Penelitian
A.    Waktu, Tempat dan Subyek Penelitian
Waktu penelitian yang membutuhkan waktu 20 jam pelajaran dilakukan selama 4 minggu.  Penelitian dilakukan pada minggu pertama sampai minggu keempat bulan September 2012. Penelitian tindakan kelas dilakukan sesuai dengan tempat tugas mengajar peneliti, yaitu di SMP Negeri 1 Tarub Kabupaten Tegal. Subyek penelitian adalah siswa kelas VIII A SMP Negeri 1 Tarub semester satu Tahun Pelajaran 2012/2013. Kondisi siswa sebelum penelitian adalah sebagai berikut :
1.    Siswa kurang terampil dalam melakukan penghitungan
2.    Siswa kurang percaya diri, hal ini diindikasikan dengan tidak beraninya siswa menjawab pertanyaan guru atau mengerjakannya  di depan kelas  walaupun sebenarnya hasil pekerjaan siswa benar
3.    Siswa kurang teliti, disiplin dan bertanggungjawab. Karakter ini tercermin saat siswa mengerjakan soal latihan yang diberikan oleh guru. Siswa masih mengandalkan bantuan siswa lain yang dianggap lebih pintar dari dirinya.
Model penelitian dengan model STAD terdiri atas empat kegiatan yang dilakukan dengan dua siklus. Empat kegiatan utama pada tiap siklus itu adalah 1) perencanaan, 2) pelaksanaan tindakan, 3) pengamatan, dan 4) refleksi. Alur penelitian tersebut dapat digambarkan dalam diagram berikut.


Refleksi 1
Permasalahan
Pengamatan
Pelaksanaan Tindakan
Perencanaan Tindakan
Siklus 1
Tindakan 2
Permasalahan hasil refleksi 1
Perencanaan 2
 



Pengamatan 2
Refleksi 2
Siklus 2
Hasil refleksi 2
                                                                                                                       
                    
Siklus 1 dan siklus 2 masing-masing dilakukan dengan 5 pertemuan/tatap muka sesuai dengan kompetensi dasar yang ditentukan. Siswa dibagi menjadi beberapa kelompok yang beranggotakan 4 orang dengan kemampuan yang berbeda. Pada siklus 1 anggota kelompok ditentukan oleh guru, sedang pada siklus 2 siswa memilh sendiri anggota kelompoknya dengan syarat dalam kelompok tersebut ada minimal satu orang siswa yang memiliki kemampuan lebih (diatas rata-rata).
Data dalam penelitian ini adalah kuantitatif dan kualitatif  yang terdiri dari lembar  pengamatan observasi dan hasil lembar kerja siswa. Hasil lembar kerja siswa yang berupa tes digunakan untuk mengukur kemampuan siswa dalam penghitungan (tingkat penguasaan konsep pelajaran) dan lembar pengamatan observasi untuk mengamati karakter pada siswa.
Tingkat penguasaan konsep dihitung dengan rumus :
Tingkat penguasaan konsep = x 100%

Dengan prosentase keberhasilan ≥ 85%, untuk nilai rata-rata lebih dari 68 sesuai KKM untuk rentang nilai ideal 100.
Adapun kriteria penilaian untuk sikap siswa terhadap pembelajaran kooperatif dengan model STAD  terbagi dalam 5 skala yaitu sempurna, sangat baik, baik, cukup, kurang dan nilai yang diperoleh berdasarkan :
Nilai (n) =
Kriteria penilaian :Prosentase   90 – 100 =  Sempurna, 80 – 89 = Sangat Baik,  70 – 79  =  Baik, 60 – 69  =  Cukup dan < 60   =  Kurang,  dengan prosentase keberhasilan  diatas  60 %.
IV.   Hasil Penelitian dan Pembahasan
Pembelajaran dengan menggunakan model STAD berjalan lancar sesuai dengan skenario yang telah direncanakan. Siswa terlihat antusias dan bekerjasama dengan baik dalam kelompoknya.  Pada akhir siklus diadakan penilaian dan pengamatan yang tertuang dalam tabel berikut :
Tabel  Hasil pengerjaan soal tes
NO
Perolehan Nilai Siswa
Siklus 1
Siklus 2
1
Nilai Tertinggi
100
100
2
Nilai Terendah
30
83
3
Rata-Rata
64,60
95,32
4
Nilai Dibawah 68
48,51% (18 siswa)
0% (0 siswa)
5
Nilai Diatas 68
51,43% (17 siswa)
100% (35 siswa)
Pada siklus 1 terlihat bahwa nilai rata-rata siswa masih dibawah  68 dan siswa yang memperoleh nilai diatas 68 baru 51% belum mencapai 85%. Hal ini menandakan bahwa siswa belum menguasai materi Teorema Pythagoras. Siswa juga belum terampil dalam melakukan penghitungan.
Dari evaluasi yang dilakukan, ketelitian siswa dalam mengerjakan soal rendah. Siswa sebenarnya mampu mengerjakan soal yang diberikan, namun tidak cermat dalam penghitungan. Menentukan sisi miring dalam suatu segitiga tidak dilihat dari letaknya yang berada di depan sudut siku-siku tetapi melihat gambar yang garisnya miring. Satuan dalam penghitungan juga tidak dihiraukan, mereka lebih fokus ke angkanya saja.
Tingkat ketelitian yang rendah mempengaruhi hasil pengerjaan soal siswa. Nilai yang belum mencapai ketuntasan 68 hampir separuh siswa di kelas. Ada 17  dari 35 siswa (51%)  yang mengikuti pembelajaran tidak memenuhi hasil yang diharapkan. Rata-rata nilai baru 64,60 mengindikasikan siswa belum terampil dalam melakukan penghitungan. Kekurangan pembelajaran dengan model STAD pada siklus 1 ini adalah kurangnya komunikasi antar anggota kelompok. Siswa terlihat canggung dan tidak dapat bekerjasama dengan kelompoknya. Hal ini harus diperbaiki agar siswa dapat mengoptimalkan seluruh kemampuannya dan mencapai nilai maksimal.
Setelah menyelesaikan siklus 1, peneliti mulai merencanakan untuk melaksanakan siklus 2 dengan sedikit perubahan yang diharapkan dapat mengoptimalkan kemampuan siswa sehingga tercapai hasil pembelajaran yang maksimal. Perencanaan tindakan dimulai dengan membuat skenario pembelajaran yang tertuang dalam RPP. Pembelajaran masih menggunakan model STAD namun untuk anggota kelompok siswa diperbolehkan untuk memilih sendiri anggotanya. Diharapkan siswa tidak canggung dan segan lagi  bekerjasama dan saling  membantu  antar anggota kelompoknya. Ini sesuai dengan analisa peneliti dan pengamat pada evaluasi siklus 1.
Pembelajaran pada siklus 2 berjalan dengan baik sesuai dengan skenario pada RPP. Siswa saling membantu pada soal-soal sulit sehingga pada saat guru melontarkan pertanyaan, siswa tidak ragu lagi untuk mengacungkan tangan berusaha menjawabnya. Siswa juga berani untuk mengerjakan soal di papan tulis. Dari tabel  dapat dilihat bahwa ternyata semua siswa memiliki nilai diatas 68. Nilai rata-rata 95,32  melampaui batas ketuntasan nilai yang dijadikan acuan. Hal ini dapat disimpulkan bahwa kemampuan / keterampilan menghitung  siswa pada penerapan Teorema Pythagoras mengalami kemajuan yang signifikan. Siswa lebih nyaman dan maksimal bila anggota kelompok tidak ditentukan oleh guru melainkan dipilih sendiri oleh mereka.
Penanaman karakter pada siswa dapat dilihat pada tabel berikut :
Tabel Hasil Unjuk Kerja Siswa
NO
Karakter Yang Diamati
Prosentase Rata-rata  Siklus 1 (dalam %)
Kriteria Penilaian
Prosentase Rata-rata Siklus 2 (dalam %)
Kriteria Penilaian
1
Teliti
42
Kurang
67
Cukup
2
Disiplin
54
Kurang
71
Baik
3
Tanggung jawab
66
Cukup
86
Sangat baik
4
Percaya diri
29
Kurang
62
Cukup

Pada siklus 1 terlihat bahwa untuk karakter teliti, disiplin dan percaya diri siswa  kurang karena masih dibawah 60%. Bahkan  rasa percaya diri siswa sangat mengkhawatirkan, dibawah 30%. Siswa tidak berani mengerjakan soal di depan  kelas bila tidak ditunjuk oleh guru. Siswa takut untuk menjawab pertanyaan yang dilontarkan oleh guru walaupun sebenarnya mampu. Karakter tanggungjawab meskipun prosentasenya masih lebih baik daripada karakter lainnya yaitu 66%, namun baru berkriteria cukup. Mengacu pada analisa data bahwa prosentase keberhasilan adalah diatas 60% maka karakter  tanggungjawab ternyata berhasil ditanamkan pada siswa.
Diskusi antara peneliti dan pengamat menyimpulkan siswa masih kikuk dan canggung dengan  teman  sekelompoknya sehingga segan  untuk selalu meminta bantuan bila mengalami kesulitan. Siswa dalam kelompok yang sama memiliki hasil pekerjaan yang berbeda. Siswa saling membantu hanya di nomor-nomor tertentu, tetapi terlihat siswa sangat antusias dan berusaha mengerjakan soal dengan sebaik-baiknya. Pengamatan yang telah dilakukan menyimpulkan bahwa siswa tidak dapat sepenuhnya bekerjasama dengan kelompok yang dibentuk oleh guru, tetapi siswa tertarik dan bersemangat dengan model pembelajaran STAD.
Evaluasi yang dilakukan oleh peneliti dan pengamat setelah pembelajaran siklus 1 menyimpulkan beberapa hal yang perlu diperbaiki untuk pembelajaran pada siklus 2. Model pembelajaran STAD tetap diterapkan, hanya ada perubahan yang harus dilakukan.  Agar siswa lebih disiplin dan tidak mengganggu kelompok lain, diterapkan sangsi pengurangan nilai untuk kelompok yang anggotanya mengganggu. Siswa diberi kebebasan untuk memilih anggota kelompoknya agar lebih nyaman dalam berinteraksi dan menyelesaikan permasalahan bersama. Guru memberikan reward nilai untuk siswa yang menjawab pertanyaan dan mengerjakan soal di depan dengan benar.
Pada siklus 2 siswa diminta untuk berkelompok,  masing-masing terdiri dari empat anggota yang dipilih sendiri. Siswa terlihat sangat antusias dan gembira. Guru membagikan soal, siswa diminta mengerjakannya dengan bekerjasama dan saling membantu. Siswa yang tahu dan dapat mengerjakannya dengan baik diharapkan untuk mengajari anggotanya yang belum bisa. Sehingga bila ada pertanyaan ataupun diminta mengerjakan di depan, siswa dapat menjawab dan  mengerjakannya dengan benar tanpa dibantu oleh yang lain. Siswa gembira dapat bekerjasama dengan kelompoknya karena masalah yang ada dapat dikerjakan bersama-sama. Siswa berusaha untuk menyelesaikan tugasnya dan mengingatkan antar anggota kelompok bila ada kesalahan. Ketelitian siswa meningkat mencapai 67% dengan kriteria cukup.. Antusiasisme siswa juga terlihat karena dapat berinteraksi dengan teman, tidak hanya mendengarkan penjelasan materi dari guru. Pembelajaran tidak monoton sehingga siswa tidak jenuh dan merasa bosan.
Berdasarkan data hasil pembelajaran STAD pada siklus 2, karakter siswa dapat dikembangkan optimal.Masing-masing siswa menyelesaikan tugas yang diberikan guru. Siswa tidak canggung untuk meminta bantuan anggota kelompoknya bila mengalami kesulitan walaupun dibanyak nomor. Anggota yang tahu juga tidak segan untuk menjelaskannya. Rasa tanggungjawab agar semua anggota kelompoknya paham dan menguasai materi tercermin dalam diskusi yang dilakukan. Ini menunjukkan bahwa karakter tanggungjawab dapat tumbuh dan berkembang baik pada siswa (86% dengan kriteria sangat baik).
 Siswa mulai berani menyatakan pendapatnya pada saat diskusi. Siswa juga bersedia menjawab pertanyaan yang dilontarkan oleh guru dan menjawabnya di depan. Reward nilai yang dijanjikan guru efektif membuat siswa berani menjawabnya. Percaya diri siswa mulai tumbuh dan menunjukkan hasil yang menggembirakan mencapai 62%.

V.      Penutup
Tujuan penelitian  yaitu mengetahui tingkat keefektifan model STAD untuk meningkatkan ketelitian penghitungan siswa pada Teorema Pythagoras ternyata cukup efektif. Pada awal pembelajaran guru mengingatkan kepada siswa tentang konsep Teorema Pythagoras dan materi prasyaratnya. Model STAD yang menitik beratkan pada kerjasama kelompok membuat siswa bisa saling mengingatkan anggota kelompoknya saat mengerjakan soal. Ketelitian siswa pada akhir siklus 2 meningkat, dari 42% menjadi 67%.
Tujuan penelitian yang lain yaitu mengetahui tingkat keefektifan model STAD untuk menumbuhkan karakter pada siswa juga berhasil baik. Kedisiplinan siswa pada siklus 1 yang rendah dapat ditingkatkan pada siklus 2. Pada siklus 1, suasana kelas sedikit gaduh karena beberapa siswa terkesan mengganggu kelompok yang lain. Hal ini diperbaiki pada siklus 2 yaitu dengan cara memberi sangsi berupa pengurangan nilai pada kelompok yang mengganggu kelompok lain. Sangsi ini ternyata efektif membuat kelas lebih tertib dan siswa lebih fokus mengerjakan soal dengan kelompoknya. Jadi karakter disiplin pada siswa dapat ditumbuhkan dan dikembangkan dengan baik.
Pada siklus 1, percaya diri siswa sangat rendah. Siswa tidak berani menjawab soal yang dilontarkan guru maupun mengerjakannya di depan. Siswa tidak berani menyampaikan pendapat dan terkesan takut bila jawaban yang diberikan salah. Maka pada siklus 2 hal ini dicoba diperbaiki dengan cara memberikan reward nilai untuk siswa yang menjawab pertanyaan dan mengerjakan soal di depan dengan benar. Ternyata cara ini efektif menumbuhkan keberanian pada diri siswa dan rasa percaya diri mulai tertanam. Hasil pengamatan menunjukkan percaya diri siswa meningkat dari 29% menjadi 62%.
Berdasarkan hasil pengamatan siklus 1 dan siklus 2 disimpulkan bahwa model STAD yang diterapkan pada siswa kelas VIII A efektif untuk melatih keterampilan menghitung dan meningkatkan ketelitian penghitungan materi Teorema Pythagoras. Pembelajaran model STAD  juga dapat menanamkan karakter teliti, disiplin dan tanggungjawab pada siswa. Kepercayaan diri dapat ditumbuhkan dan dikembangkan sehingga siswa lebih berani mengungkapkan pendapatnya dan menjawab pertanyaan guru tanpa rasa takut maupun malu.












DAFTAR PUSTAKA
Hakim Thursan, Belajar Secara Efektif, Puspa Swara, Jakarta, 2000
M. Sobry Sutikno, Menuju Pendidikan Bermutu, NTP Press, Mataram, 2004
Pupuh Fathurrahman, Strategi belajar Mengajar, Tunas Nusantara, Bandung , 2002
Nana Sudjana & Ahmad, Media Pengajaran, Sinar Baru, Bandung, 1991
Ratna Wilis Daher, Teori-teori Belajar dan Pembelajaran, Erlangga, Bandung, 2006
Depdikbud, Panduan Pengembangan Silabus dan Panduan Pengembangan Rencana Pelaksanaan Pembelajaran, Depdikbud, 2006

















 






No comments:

Post a Comment