PENGGUNAAN MODEL PENGAJARAN STAD UNTUK
MELATIH KETERAMPILAN MENGHITUNG DAN MENANAMKAN KARAKTER
OLEH
UMI CHASANAH, S.Pd
NIP. 19720409 199412 2 001
UPTD SMP NEGERI 1 TARUB
ABSTRAK
Seorang guru harus memiliki tehnik, strategi atau
model pembelajaran yang melibatkan seluruh siswa dan sesuai dengan materi yang
akan dipelajari. Pemilihan dan pengembangan tehnik ini diharapkan dapat
mengoptimalkan kemampuan siswa sehingga prestasi belajar dapat tercapai
maksimal. Model pembelajaran STAD yang melibatkan seluruh siswa sebagai subyek
dan guru sebagai pendamping atau fasilitator diharapkan mampu untuk menanamkan
konsep Teorema Pythagoras secara efektif pada siswa.
Penelitian yang
dilaksanakan di Kelas VIII A SMP Negeri 1 Tarub bertujuan untuk mendeskripsikan
keefektifan model STAD dalam melatih keterampilan menghitung dan meningkatkan
ketelitian penghitungan siswa. Diharapkan pula dengan model STAD ini juga
tertanam karakter teliti, disiplin, jujur, bertanggungjawab dan percaya diri
pada siswa.
Tehnik yang digunakan
dalam pengumpulan data adalah tes dan pengamatan. Tes dilakukan dengan lembar
soal yang dikerjakan oleh siswa secara berkelompok dan pengamatan unjuk kerja
dilakukan oleh pengamat (observer). Data yang terkumpul dianalisis secara kualitatif
dan kuantitatif.
Berdasarkan hasil
penelitian, kemampuan menghitung dan ketelitian siswa mengalami peningkatan.
Karakter siswa yaitu disiplin dan percaya diri yang pada siklus 1 rendah, pada
akhir siklus 2 dapat diperbaiki dan dikembangkan. Karakter bertanggungjawab menunjukkan perkembangan
yang sangat signifikan. Dapat disimpulkan, Model STAD efektif diterapkan untuk
melatih keterampilan menghitung dan meningkatkan ketelitian siswa dalam
penghitungan pada materi Teorema Pythagoras. Model STAD juga dapat diterapkan
untuk menanamkan dan mengembangkan karakter positif pada diri siswa.
I.
Pendahuluan
A.
Latar Belakang
Setiap kegiatan
belajar mengajar selalu melibatkan dua pelaku aktif yaitu guru dan siswa. Guru
sebagai pengajar merupakan pencipta kondisi belajar siswa yang didesain secara
terencana, sistematis dan berkesinambungan. Siswa sebagai subyek pembelajaran
merupakan pihak yang menikmati kondisi belajar yang diciptakan oleh guru.
Pembelajaran
Matematika yang dilakukan di SMP Negeri 1 Tarub Kabupaten Tegal lebih bersifat
konvensional. Artinya guru mendominasi pembelajaran dengan cara menjelaskan
materi di depan kelas, dan siswa mendengarkan. Setelah itu siswa diminta untuk
mengerjakan soal-soal latihan. Hal ini menjadikan siswa menjadi pasif dan
jenuh. Tidak dapat dipungkiri bahwa proses belajar mengajar tersebut dapat
menimbulkan kejenuhan bagi guru dan siswa.
Siswa SMP Negeri
1 Tarub sering mengalami kesulitan dalam
memahami konsep Teorema Pythagoras. Materi Teorema Pythagoras merupakan dasar
untuk penghitungan luas, keliling maupun unsur-unsur bangun geometri baik
geometri datar maupun geometri ruang. Teorema Pythagoras yang hanya berlaku
pada segitiga siku-siku sering pula digunakan dalam kehidupan sehari-hari,
sehingga sering disebut materi esensial.
Siswa akan lebih
memahami konsep Teorema Pythagoras apabila
strategi pembelajaran melibatkan
seluruh siswa dan menuntut siswa untuk selalu aktif. Salah satu model yang
sering digunakan adalah model pembelajaran STAD (Student Teams-Achievement
Divisions). STAD juga dapat memotivasi dan menghilangkan kejenuhan siswa pada
saat proses belajar mengajar.
Penelitian tindakan kelas yang dilakukan untuk melatih
keterampilan menghitung menggunakan
konsep Teorema Pythagoras pada siswa kelas VIII A SMP Negeri 1 Tarub
menggunakan model pembelajaran STAD (Student Teams-Achievement Divisions).
Pelatihan keterampilan menghitung tersebut
dimaksudkan untuk mendapatkan umpan balik secara lebih sempurna demi
tercapainya tujuan pembelajaran yang maksimal.
Model
pembelajaran STAD dilakukan dengan membagi siswa dalam beberapa kelompok yang
beranggotakan 4 orang dengan kemampuan heterogen. Tiap kelompok diberi soal
yang harus dikerjakan semua anggota. Anggota kelompok yang tahu
mengajari/menjelaskan pada anggotanya yang lain. Guru secara acak menunjuk
siswa untuk mengerjakan di depan kelas dan menjelaskannya tanpa dibantu yang
lain.
Dengan metode
STAD ini siswa dituntut untuk dapat mengerjakan soal dengan teliti dan percaya
diri. Rasa tanggungjawab juga akan tertanam, karena siswa harus dapat
menyelesaikan tugas yang diberikan guru. Siswa akan disiplin, selalu siap bila
sewaktu-waktu ditunjuk oleh guru untuk menyelesaikan soal di depan kelas.
B.
Permasalahan dan
Tujuan
1.
Apakah pembelajaran model STAD
untuk konsep Teorema Pythagoras dapat
meningkatkan ketelitian penghitungan
siswa kelas VIIIA SMP Negeri 1 Tarub Tahun Pelajaran 2012/2013?
2.
Apakah pembelajaran dengan model
STAD pada pembelajaran Teorema Pythagoras dapat menanamkan karakter Teliti,
Disiplin, Percaya Diri dan Tanggung jawab pada siswa kelas VIII A SMP Negeri 1
Tarub Tahun Pelajaran 2012/2013?
Tujuan penelitian ini adalah :
1.
Mengetahui tingkat
keefektifan model STAD untuk
meningkatkan ketelitian penghitungan siswa pada Teorema Pythagoras.
2.
Mengetahui tingkat keefektifan
model STAD untuk menumbuhkan karakter teliti, disiplin, jujur dan tanggung
jawab pada siswa.
II.
Kajian Teori
Pupuh Fathurrohman
menyebutkan bahwa perubahan perilaku pada siswa dalam konteks pengajaran
merupakan produk dan usaha guru melalui kegiatan belajar mengajar. Guru
melakukan aktifitas untuk membimbing siswa memperoleh perubahan dan
pengembangan skill (keterampilan), attitude (sikap), appreciation (penghargaan) dan knowledge
(pengetahuan).
Batasan belajar
mengajar menurut Mansyur mempunyai empat dasar strategi, yaitu :
1.
Mengidentifikasi serta menetapkan tingkahlaku
dan kepribadian siswa sebagaimana yang diharapkan sesuai tuntutan dan perubahan
zaman.
2.
Mempertimbangkan dan memilah sistem belajar
mengajar yang tepat untuk mencapai sasaran yang akurat
3.
Memilih dan menetapkan prosedur, metode dan
tehnik belajar mengajar yang dianggap paling tepat dan efektif sehingga dapat
dijadikan pegangan guru dalam menunaikan kegiatan mengajar.
4.
Menetapkan norma-norma dan batas minimal
keberhasilan atau kriteria standar keberhasilan sehingga dapat dijadikan
pedoman oleh guru dalam melakukan evaluasi hasil kegiatan belajar mengajar.
Selanjutnya dijadikan umpan balik untuk penyempurnaan sistem instruksional yang
bersangkutan secara keseluruhan.
Proses belajar
mengajar yang sedang dikembangkan adalah model Cooperatif Learning. Siswa
bersama-sama dalam suatu kelompok dengan jumlah anggota tertentu bekerjasama
dalam menyelesaikan tugas yang diberikan guru. Model Cooperatif Learning yang sesuai dengan pembelajaran matematika
salah satunya adalah STAD. Student Teams
Achievement Divisions (STAD), adalah proses pembelajaran dengan cara siswa
dikelompokkan secara heterogen. Guru menyajikan pelajaran, kemudian memberi
tugas kepada kelompok untuk dikerjakan. Guru memberi kuis/pertanyaan kepada
siswa, dan siswa menjawab tanpa bantuan yang lain. Setelah itu diadakan evaluasi untuk bersama-sama
menarik kesimpulan.
Model belajar STAD
yang digunakan pada pembelajaran konsep Teorema Pythagoras dimaksudkan agar
siswa mempunyai karakter teliti, disiplin, tanggung jawab dan percaya diri
dalam mengerjakan tugas serta teliti dalam melakukan penghitungan.
Karakter-karakter tersebut dapat diidentifikasikan sebagai berikut :
1.
Teliti yaitu berpikir dan melakukan segala
sesuatu sesuai ketentuan secara cermat. Indikator dalam pembelajaran adalah
mengerjakan tugas dengan tepat dan akurat.
2.
Disiplin yaitu tindakan yang menunjukkan
perilaku tertib dan patuh pada berbagai ketentuan dan peraturan. Indikator
dalam pembelajaran adalah memanfaatkan waktu dengan sebaik-baiknya,
mendiskusikan permasalahan dengan kelompoknya dan mengerjakan tugas tepat
waktu.
3.
Tanggungjawab yaitu sikap dan perilaku
seseorang untuk melaksanakan kewajibannya sebagaimana yang seharusnya dia
lakukan terhadap diri sendiri, masyarakat dan lingkungan. Indikator dalam
pembelajaran adalah menyelesaikan semua tugas yang diberikan, membantu orang
lain/teman yang membutuhkan, dan mampu menyelesaikan masalahnya.
4.
Percaya diri yaitu sikap yakin akan kemampuan
diri sendiri terhadap pemenuhan tercapainya setiap keinginan dan harapannya.
Indikator dalam pembelajaran adalah menguasai materi prasyarat, memiliki
keyakinan dapat menyelesaikan masalah, menunjukkan keberanian menyampaikan
pendapat atau menjawab pertanyaan, dan tidak menunjukkan keragu-raguan dalam
melakukan sesuatu.
III.
Metodologi
Penelitian
A.
Waktu, Tempat
dan Subyek Penelitian
Waktu penelitian yang
membutuhkan waktu 20 jam pelajaran dilakukan selama 4 minggu. Penelitian dilakukan pada minggu pertama
sampai minggu keempat bulan September 2012. Penelitian tindakan kelas dilakukan
sesuai dengan tempat tugas mengajar peneliti, yaitu di SMP Negeri 1 Tarub
Kabupaten Tegal. Subyek penelitian adalah siswa kelas VIII A SMP Negeri 1 Tarub
semester satu Tahun Pelajaran 2012/2013. Kondisi siswa sebelum penelitian
adalah sebagai berikut :
1.
Siswa kurang terampil dalam melakukan
penghitungan
2.
Siswa kurang percaya diri, hal ini
diindikasikan dengan tidak beraninya siswa menjawab pertanyaan guru atau
mengerjakannya di depan kelas walaupun sebenarnya hasil pekerjaan siswa
benar
3.
Siswa kurang teliti, disiplin dan
bertanggungjawab. Karakter ini tercermin saat siswa mengerjakan soal latihan
yang diberikan oleh guru. Siswa masih mengandalkan bantuan siswa lain yang
dianggap lebih pintar dari dirinya.
Model penelitian
dengan model STAD terdiri atas empat kegiatan yang dilakukan dengan dua siklus.
Empat kegiatan utama pada tiap siklus itu adalah 1) perencanaan, 2) pelaksanaan
tindakan, 3) pengamatan, dan 4) refleksi. Alur penelitian tersebut dapat
digambarkan dalam diagram berikut.
Refleksi 1
|
Permasalahan
|
Pengamatan
|
Pelaksanaan Tindakan
|
Perencanaan Tindakan
|
Tindakan 2
|
Permasalahan
hasil refleksi 1
|
Perencanaan 2
|
Pengamatan 2
|
Refleksi 2
|
Hasil refleksi 2
|
Siklus 1 dan
siklus 2 masing-masing dilakukan dengan 5 pertemuan/tatap muka sesuai dengan
kompetensi dasar yang ditentukan. Siswa dibagi menjadi beberapa kelompok yang
beranggotakan 4 orang dengan kemampuan yang berbeda. Pada siklus 1 anggota
kelompok ditentukan oleh guru, sedang pada siklus 2 siswa memilh sendiri
anggota kelompoknya dengan syarat dalam kelompok tersebut ada minimal satu
orang siswa yang memiliki kemampuan lebih (diatas rata-rata).
Data dalam penelitian ini adalah kuantitatif dan kualitatif yang terdiri dari lembar pengamatan observasi dan hasil lembar kerja
siswa. Hasil lembar kerja siswa yang berupa tes digunakan untuk mengukur
kemampuan siswa dalam penghitungan (tingkat penguasaan konsep pelajaran) dan
lembar pengamatan observasi untuk mengamati karakter pada siswa.
Tingkat penguasaan konsep dihitung dengan rumus :
Tingkat penguasaan konsep
=
x 100%
Dengan prosentase keberhasilan ≥ 85%,
untuk nilai rata-rata lebih dari 68 sesuai KKM untuk rentang nilai ideal 100.
Adapun kriteria
penilaian untuk sikap siswa terhadap pembelajaran kooperatif dengan model
STAD terbagi dalam 5 skala yaitu sempurna,
sangat baik, baik, cukup, kurang dan nilai yang diperoleh berdasarkan :
Nilai (n) =
Kriteria penilaian :Prosentase 90 – 100 =
Sempurna, 80 – 89 = Sangat Baik, 70 – 79
= Baik, 60 – 69 = Cukup dan < 60 = Kurang, dengan prosentase keberhasilan diatas 60 %.
IV.
Hasil Penelitian
dan Pembahasan
Pembelajaran
dengan menggunakan model STAD berjalan lancar sesuai dengan skenario yang telah
direncanakan. Siswa terlihat antusias dan bekerjasama dengan baik dalam
kelompoknya. Pada akhir siklus diadakan
penilaian dan pengamatan yang tertuang dalam tabel berikut :
Tabel
Hasil pengerjaan soal tes
NO
|
Perolehan Nilai Siswa
|
Siklus 1
|
Siklus 2
|
1
|
Nilai Tertinggi
|
100
|
100
|
2
|
Nilai Terendah
|
30
|
83
|
3
|
Rata-Rata
|
64,60
|
95,32
|
4
|
Nilai Dibawah 68
|
48,51% (18 siswa)
|
0% (0 siswa)
|
5
|
Nilai Diatas 68
|
51,43% (17 siswa)
|
100% (35 siswa)
|
Pada siklus 1
terlihat bahwa nilai rata-rata siswa masih dibawah 68 dan siswa yang memperoleh nilai diatas 68
baru 51% belum mencapai 85%. Hal ini menandakan bahwa siswa belum menguasai
materi Teorema Pythagoras. Siswa juga belum terampil dalam melakukan
penghitungan.
Dari
evaluasi yang dilakukan, ketelitian siswa dalam mengerjakan soal rendah. Siswa
sebenarnya mampu mengerjakan soal yang diberikan, namun tidak cermat dalam
penghitungan. Menentukan sisi miring dalam suatu segitiga tidak dilihat dari
letaknya yang berada di depan sudut siku-siku tetapi melihat gambar yang
garisnya miring. Satuan dalam penghitungan juga tidak dihiraukan, mereka lebih
fokus ke angkanya saja.
Tingkat
ketelitian yang rendah mempengaruhi hasil pengerjaan soal siswa. Nilai yang
belum mencapai ketuntasan 68 hampir separuh siswa di kelas. Ada 17 dari 35 siswa (51%) yang mengikuti pembelajaran tidak memenuhi
hasil yang diharapkan. Rata-rata nilai baru 64,60 mengindikasikan siswa belum
terampil dalam melakukan penghitungan. Kekurangan pembelajaran dengan model
STAD pada siklus 1 ini adalah kurangnya komunikasi antar anggota kelompok.
Siswa terlihat canggung dan tidak dapat bekerjasama dengan kelompoknya. Hal ini
harus diperbaiki agar siswa dapat mengoptimalkan seluruh kemampuannya dan
mencapai nilai maksimal.
Setelah
menyelesaikan siklus 1, peneliti mulai merencanakan untuk melaksanakan siklus 2
dengan sedikit perubahan yang diharapkan dapat mengoptimalkan kemampuan siswa
sehingga tercapai hasil pembelajaran yang maksimal. Perencanaan tindakan
dimulai dengan membuat skenario pembelajaran yang tertuang dalam RPP.
Pembelajaran masih menggunakan model STAD namun untuk anggota kelompok siswa
diperbolehkan untuk memilih sendiri anggotanya. Diharapkan siswa tidak canggung
dan segan lagi bekerjasama dan
saling membantu antar anggota kelompoknya. Ini sesuai dengan
analisa peneliti dan pengamat pada evaluasi siklus 1.
Pembelajaran
pada siklus 2 berjalan dengan baik sesuai dengan skenario pada RPP. Siswa
saling membantu pada soal-soal sulit sehingga pada saat guru melontarkan
pertanyaan, siswa tidak ragu lagi untuk mengacungkan tangan berusaha
menjawabnya. Siswa juga berani untuk mengerjakan soal di papan tulis. Dari
tabel dapat dilihat bahwa ternyata semua
siswa memiliki nilai diatas 68. Nilai rata-rata 95,32 melampaui batas ketuntasan nilai yang
dijadikan acuan. Hal ini dapat disimpulkan bahwa kemampuan / keterampilan
menghitung siswa pada penerapan Teorema
Pythagoras mengalami kemajuan yang signifikan. Siswa lebih nyaman dan maksimal
bila anggota kelompok tidak ditentukan oleh guru melainkan dipilih sendiri oleh
mereka.
Penanaman
karakter pada siswa dapat dilihat pada tabel berikut :
Tabel Hasil Unjuk Kerja Siswa
NO
|
Karakter Yang Diamati
|
Prosentase Rata-rata Siklus 1 (dalam %)
|
Kriteria Penilaian
|
Prosentase Rata-rata Siklus 2 (dalam %)
|
Kriteria Penilaian
|
1
|
Teliti
|
42
|
Kurang
|
67
|
Cukup
|
2
|
Disiplin
|
54
|
Kurang
|
71
|
Baik
|
3
|
Tanggung jawab
|
66
|
Cukup
|
86
|
Sangat baik
|
4
|
Percaya diri
|
29
|
Kurang
|
62
|
Cukup
|
Pada siklus 1 terlihat bahwa untuk karakter teliti,
disiplin dan percaya diri siswa kurang
karena masih dibawah 60%. Bahkan rasa
percaya diri siswa sangat mengkhawatirkan, dibawah 30%. Siswa tidak berani
mengerjakan soal di depan
kelas bila tidak ditunjuk oleh guru. Siswa takut untuk menjawab
pertanyaan yang dilontarkan oleh guru walaupun sebenarnya mampu. Karakter
tanggungjawab meskipun prosentasenya masih lebih baik daripada karakter lainnya
yaitu 66%, namun baru berkriteria cukup. Mengacu pada
analisa data bahwa prosentase keberhasilan adalah diatas 60% maka karakter tanggungjawab ternyata berhasil ditanamkan
pada siswa.
Diskusi antara peneliti dan pengamat menyimpulkan siswa masih kikuk dan
canggung dengan teman sekelompoknya sehingga segan untuk selalu meminta bantuan bila mengalami
kesulitan. Siswa dalam kelompok yang sama memiliki hasil pekerjaan yang
berbeda. Siswa saling membantu hanya di nomor-nomor tertentu, tetapi terlihat
siswa sangat antusias dan berusaha mengerjakan soal dengan sebaik-baiknya. Pengamatan
yang telah dilakukan menyimpulkan bahwa siswa tidak dapat sepenuhnya
bekerjasama dengan kelompok yang dibentuk oleh guru, tetapi siswa tertarik dan
bersemangat dengan model pembelajaran STAD.
Evaluasi
yang dilakukan oleh peneliti dan pengamat setelah pembelajaran siklus 1
menyimpulkan beberapa hal yang perlu diperbaiki untuk pembelajaran pada siklus
2. Model pembelajaran STAD tetap diterapkan, hanya ada perubahan yang harus
dilakukan. Agar siswa lebih disiplin dan
tidak mengganggu kelompok lain, diterapkan sangsi pengurangan nilai untuk
kelompok yang anggotanya mengganggu. Siswa diberi kebebasan untuk memilih
anggota kelompoknya agar lebih nyaman dalam berinteraksi dan menyelesaikan
permasalahan bersama. Guru memberikan reward nilai untuk siswa yang menjawab
pertanyaan dan mengerjakan soal di depan dengan benar.
Pada
siklus 2 siswa diminta untuk
berkelompok, masing-masing terdiri dari
empat anggota yang dipilih sendiri. Siswa terlihat sangat antusias dan gembira.
Guru membagikan soal, siswa diminta mengerjakannya dengan bekerjasama dan
saling membantu. Siswa yang tahu dan dapat mengerjakannya dengan baik
diharapkan untuk mengajari anggotanya yang belum bisa. Sehingga bila ada
pertanyaan ataupun diminta mengerjakan di depan, siswa dapat menjawab dan mengerjakannya dengan benar tanpa dibantu
oleh yang lain. Siswa gembira dapat
bekerjasama dengan kelompoknya karena masalah yang ada dapat dikerjakan
bersama-sama. Siswa berusaha untuk menyelesaikan tugasnya dan mengingatkan
antar anggota kelompok bila ada kesalahan. Ketelitian siswa meningkat mencapai
67% dengan kriteria cukup.. Antusiasisme siswa juga terlihat karena dapat
berinteraksi dengan teman, tidak hanya mendengarkan penjelasan materi dari
guru. Pembelajaran tidak monoton sehingga siswa tidak jenuh dan merasa bosan.
Berdasarkan
data hasil pembelajaran STAD pada siklus 2, karakter siswa dapat dikembangkan
optimal.Masing-masing siswa menyelesaikan tugas yang diberikan guru. Siswa
tidak canggung untuk meminta bantuan anggota kelompoknya bila mengalami
kesulitan walaupun dibanyak nomor. Anggota yang tahu juga tidak segan untuk
menjelaskannya. Rasa tanggungjawab agar semua anggota kelompoknya paham dan
menguasai materi tercermin dalam diskusi yang dilakukan. Ini menunjukkan bahwa
karakter tanggungjawab dapat tumbuh dan berkembang baik pada siswa (86% dengan
kriteria sangat baik).
Siswa mulai berani menyatakan pendapatnya pada
saat diskusi. Siswa juga bersedia menjawab pertanyaan yang dilontarkan oleh
guru dan menjawabnya di depan. Reward nilai yang dijanjikan guru efektif
membuat siswa berani menjawabnya. Percaya diri siswa mulai tumbuh dan
menunjukkan hasil yang menggembirakan mencapai 62%.
V.
Penutup
Tujuan
penelitian yaitu mengetahui tingkat
keefektifan model STAD untuk meningkatkan ketelitian penghitungan siswa pada
Teorema Pythagoras ternyata cukup efektif. Pada awal pembelajaran guru
mengingatkan kepada siswa tentang konsep Teorema Pythagoras dan materi
prasyaratnya. Model STAD yang menitik beratkan pada kerjasama kelompok membuat
siswa bisa saling mengingatkan anggota kelompoknya saat mengerjakan soal.
Ketelitian siswa pada akhir siklus 2 meningkat, dari 42% menjadi 67%.
Tujuan
penelitian yang lain yaitu mengetahui tingkat keefektifan model STAD untuk
menumbuhkan karakter pada siswa juga berhasil baik. Kedisiplinan siswa pada
siklus 1 yang rendah dapat ditingkatkan pada siklus 2. Pada siklus 1, suasana
kelas sedikit gaduh karena beberapa siswa terkesan mengganggu kelompok yang
lain. Hal ini diperbaiki pada siklus 2 yaitu dengan cara memberi sangsi berupa
pengurangan nilai pada kelompok yang mengganggu kelompok lain. Sangsi ini
ternyata efektif membuat kelas lebih tertib dan siswa lebih fokus mengerjakan
soal dengan kelompoknya. Jadi karakter disiplin pada siswa dapat ditumbuhkan
dan dikembangkan dengan baik.
Pada
siklus 1, percaya diri siswa sangat rendah. Siswa tidak berani menjawab soal
yang dilontarkan guru maupun mengerjakannya di depan. Siswa tidak berani
menyampaikan pendapat dan terkesan takut bila jawaban yang diberikan salah.
Maka pada siklus 2 hal ini dicoba diperbaiki dengan cara memberikan reward
nilai untuk siswa yang menjawab pertanyaan dan mengerjakan soal di depan dengan
benar. Ternyata cara ini efektif menumbuhkan keberanian pada diri siswa dan
rasa percaya diri mulai tertanam. Hasil pengamatan menunjukkan percaya diri
siswa meningkat dari 29% menjadi 62%.
Berdasarkan
hasil pengamatan siklus 1 dan siklus 2 disimpulkan bahwa model STAD yang
diterapkan pada siswa kelas VIII A efektif untuk melatih keterampilan
menghitung dan meningkatkan ketelitian penghitungan materi Teorema Pythagoras.
Pembelajaran model STAD juga dapat
menanamkan karakter teliti, disiplin dan tanggungjawab pada siswa. Kepercayaan
diri dapat ditumbuhkan dan dikembangkan sehingga siswa lebih berani
mengungkapkan pendapatnya dan menjawab pertanyaan guru tanpa rasa takut maupun
malu.
DAFTAR PUSTAKA
Hakim Thursan, Belajar Secara Efektif, Puspa Swara,
Jakarta, 2000
M. Sobry Sutikno, Menuju Pendidikan Bermutu, NTP Press,
Mataram, 2004
Pupuh Fathurrahman, Strategi belajar Mengajar, Tunas
Nusantara, Bandung , 2002
Nana Sudjana &
Ahmad, Media Pengajaran, Sinar Baru,
Bandung, 1991
Ratna Wilis Daher, Teori-teori Belajar dan Pembelajaran,
Erlangga, Bandung, 2006
Depdikbud, Panduan Pengembangan Silabus dan Panduan
Pengembangan Rencana Pelaksanaan Pembelajaran, Depdikbud, 2006
No comments:
Post a Comment